Setibanya kembali di tempat parkir, dua anak muda itu masing-masing mengenalkan diri.
“Ronny,” kata pasangan Linda sambil mengecup pipi Linda kemudian menjabat tanganku. Linda pun membisikan namanya.
“Alvin,” kata pasanganku sambil mengecup dan menggandeng pinggangku.
“Oh,” hatiku terasa melayang meski hanya digandeng begitu saja.
Kemudian kubisikan pula namaku. Suasana yang lama hilang serasa kembali
lagi. Segera pula kurugoh tas kecilku untuk mengambil kunci mobil.
Begitu hendak membuka pintu mobilku, Alvin merebutnya sambil berbisik, “Biar Ronny saja yang nyetir, kita di belakang.”
Aku langsung mengangguk menyetujuinya.
Kami meluncur ke arah utara kota. Baru saja beberapa ratus meter
meninggalkan halaman Mall, tangan Alvin sudah mulai beraksi. Ia
mengusap-usap leherku, kemudian mendekat dan menciuminya dari samping.
Tak ayal aku menggelinjang. Ciuman Alvin menjalar ke kuping, terus
melaju, dan akhirnya mendarat di bibirku. Mendapat serangan yang sudah
lama kurindukan, kontan kubuka bibirku langsung menyambut juluran lidah
Alvin. Kami pun berpagutan cukup lama. Dari sudut mataku kulihat Linda
pun merapat, terlihat gerakan tangannya menghampiri celana Ronny.
Sejenak tampak Ronny mengangkat badannya, rupanya ia memberi ruang pada
Linda untuk membuka resleting celananya dan mengeluarkan kemaluannya.
“Ehmm.. lumayan besar,” demikian terdengar suara Linda, tapi tak kulihat
lagi kepalanya karena sudah merunduk tenggelam di pangkuan Ronny yang
sedang menyetir. Selanjutnya hanya kudengar suara kecupan dan kuluman
mulut Linda yang rupanya sedang melakukan oral di kontol Ronny.
Aku sendiri mulai sibuk, lidah kami saling melilit dalam ciuman yang
sangat hot. Alvin mulai meraba-raba pahaku, kemudian naik hingga sampai
di bagian “V” celana dalamku. Aku bergeser memberikan ruang bagi
tangannya agar bisa tepat di celah belahan memekku. Sementara tanganku
pun mulai berani merayap tepat di atas sebentuk benda tegang di balik
celananya. Kuelus-elus benda hangat yang berada di balik celana itu,
dengan jari telunjuk dan jempol kujelajahi sepanjang batangnya. Aku
punya kesimpulan kontol Alvin relatif besar, dari pengalamanku pula aku
yakin saat itu belum mengeras sepenuhnya.
“Kalau sudah ngaceng sepenuhnya tentu besar sekali,” begitu pikirku.
Alvin masih mengelus-elus celah memekku dari luar dengan jari tengahnya.
Aku yakin celana dalamku jadi basah karenanya. Sementara itu mobilku
terus melaju di tengah keramaian kota. Untung seluruh kaca mobilku
berlapis pelindung cukup gelap. Kami bisa melihat ke luar tapi
orang-orang di luar tak pernah tahu apa yang kami perbuat. Ada juga
perasaan aneh ketika melakukan itu semua di tengah keramaian, tapi yang
jelas nafsuku menjadi lebih bergelora hingga pagutanku di mulut Alvin
kian ganas. Apalagi ketika mobil berhenti di lampu merah, aku malah
membayangkan orang-orang di mobil di kiri-kanan kami sedang menyaksikan
adegan-adegan hot ini. Begitu pula ketika ada orang lewat menyebrang,
ingin rasanya aku ditonton mereka. Ahh.. pendeknya pengalaman baru yang
sungguh mengasyikan. Tanganku pun mulailah membuka ikat pinggang celana
Alvin, langsung pula menarik resletingnya. Langsung kontolnya meloncat
keluar karena ternyata Alvin tak memakai celana dalam.
“Wow, besarnyaa..,” teriakku agak kaget begitu melihat kontol Alvin.
Lantas sambil menggenggam batang kontol pacar baruku itu aku berbisik, “Vin, apa kesukaanmu?”
“Blow job,” jawab Alvin ringkas. Aku terdiam belum mengerti.
“Iseplah..,” kata alvin menjelaskan.
Aku pun senyum dengan menggenggam kontolnya lebih erat lagi, “Jadi blow
job itu artinya ngentot pakai mulut?” tanyaku bermanja-manja dan
pura-pura bodoh.
Setelah itu tak banyak bicara lagi kujilati bagian kepala kontolnya
Alvin. Ini adalah bagian pemanasan yang paling kusuka ketika Amri masih
hot-hotnya. Maka ketika kujilati, kuciumi, dan kuemut-emut kepala kontol
Alvin, aku melakukannya dengan intens sekali. Alvin pun segera melenguh
merasa nikmat, tangannya dengan agak kasar menyingkapkan celana dalamku
ke pinggir hingga jarinya kini bisa menyentuh langsung alat
kenikmatanku yang sudah lama tak tersentuh laki-laki itu.
“Sluurrpp..,” mulutku maju lebih jauh lagi melahap batang kontol Alvin,
sejenak kutahan di sana sambil kurasakan bahwa kontol Alvin ternyata
masih tumbuh membesar. Tahu begitu maka aku merangsangnya lebih keras
lagi karena ingin segera tahu seberapa besarnya jika sudah ngaceng
sepenuhnya.
“Sluurrpp..,” mulutku maju lagi hingga separo kontol Alvin masuk, terasa
ada yang berdenyut dan tumbuh mengembang. Kubiarkan kutahan di dalam,
dan kian lama terasa mulutku kian penuh hampir tak bisa lagi menampung
kebesaran kontolnya. Saat itulah kulepas mulutku, kupandangi benda yang
ternyata tampak gagah sekali itu. Seluruh batangnya mengkilat karena
basah oleh ludahku, kugenggam di bagian pangkalnya, kogoyang-goyang..
Ohh.. benda yang sangat kurindukan kini ada digenggamanku.
Sekali lagi “Sluurrpp..,” kulahap sekaligus kontolnya.
Kini kuusahakan bisa masuk sedalam mungkin. Ternyata betul-betul sungguh
besar, hanya lebih sedikit dari setengahnya sudah menyentuh
tenggorokanku. Agak sesak tapi kubiarkan tenggelam di dalam untuk
beberapa saat. Sambil kuemut-emut kontolnya, perlahan-lahan kupelorotkan
celana Alvin hingga lepas. Seusai itu, Alvin pun berusaha memelorotkan
celana dalamku. Di ruang kursi mobil yang sempit, ternyata usaha melepas
celana dalam itu menjadi tidak mudah. Masalahnya aku mau melepasnya
tanpa mau melepas kuluman mulutku di kontolnya, demikian pula Alvin
seperti tak mau kehilangan memekku.
Setelah berjuang keras akhirnya lepas pulalah celana dalamku. Alvin kini
dengan merdeka mulai bisa menusukan jarinya yang besar. Ohh.. baru
dengan jari itu saja aku sudah merasa melayang, maka kurespon sodokan
jarinya dengan memaju-mundurkan pantatku, sementara mulutku pun mulai
mengangguk-angguk memberikan gerakan kontol Alvin agar keluar-masuk.
“Ohh.. Tarsih, ohh.. dewiku, sedap sekali sedotanmu.. memekmu pun
sungguh masih ketat sekali.. aku pengen segera mengentotnya,” erang
Alvin karena nikmat. Aku merasa begitu tersanjung, maka segera aku
lepaskan kuluman, naik ke pangkuannya dengan kontol Alvin diusahakan tak
lepas dari genggamanku. Kedua kakiku kini ada di atas kursi mobil,
dengan posisi jongkok begini kusentuh-sentuhkan kepala kontol Alvin di
celah memekku, sesekali disentuhkan pula ke kelentitku yang sudah sangat
peka.
Kemudian, “Bless..” sekaligus kutanamkan kontol besar itu dengan tak sabar.
“Ohh.. ahh..,” aku pun mengerang karena kaget sendiri merasakan kontol
yang begitu besar melesak masuk. Demikian kerasnya eranganku sehingga
membuat linda bangkit dari kegiatannya kemudian melirik ke belakang.
“Gimana, asyik Teh Tarsih?” tanya Linda menggodaku yang sedang nikmat.
“I.. i.. yaa, Linda.. Kontol Alvin gede sekali, asyik sekali,” jawabku sambil mulai menggoyang-goyangkan pinggulku.
Pada saat itu pula sempat kulihat lagi keramaian kota. Dengan posisi
sudah mulai sanggama, dalam keadaan kontol pasanganku sudah tertanam di
memek laparku, melihat keramaian di luar kian membuat aku terangsang
lagi.
Maka kugenjot kontol Alvin lebih hebat lagi, hatiku seolah-olah
berteriak kepada orang-orang di jalanan, “Heii.. orang-orang lihatlah..
lihatlah aku lagi ngentot dengan nikmat sekali.. ngentot kontol gede..
hhmmhh.. ahh.”
Gerakan pantatku turun-naik di atas kontol Alvin kian cepat, Alvin pun
sesekali membalasnya dengan mengangkat pantatnya hingga kontolnya
tertanam sepenuhnya di memekku. Rasa dahagaku yang sudah cukup lama tak
merasakan kontol, rupanya membuat nafsuku jadi sangat berlebihan,
sehingga aku tak bisa mengontrol dan membuat persetubuhan berlangsung
begitu cepat.
“Ohh.. Vin, Alvin.. entot terus, entot memekku yang lapar ini.. entot,
jangan berhenti.. ohh teruss.. aku hampir sampai di puncak.. teruss..
ohh.. ohh.. ohh.. ahh!” Sebuah erangan panjang menandakan aku sudah
mencapai orgasme.
Sementara aku tahu bahwa Alvin masih segar bugar. Karena itu kuelus
kepalanya untuk menghibur, sementara Alvin membenamkan wajahnya di celah
buah dadaku. Dengan kontol yang masih tertanam di memekku, dijilatinya
seluruh celah dari lembah payudaraku, kemudian naik ke puting susu
sebelah kiri, melintas lagi di celah lembahnya dan pindah ke puting susu
sebelah kanan, sesekali mendarat agak lama di salah satu puting susuku
yang sejak tadi sudah begitu keras. Di isap-isapnya di situ, adakalanya
digigit-gigit kecil sehingga menimbulkan rasa geli bercampur nimkat.
Sampai pada adegan ini sudah terpikir pula untuk membalas kenikmatan
yang telah diberikan oleh Alvin, tapi sementara itu pula aku
berkesempatan melihat ke arah luar jendela mobil untuk melihat ke arah
mana kira-kira mobil ini melaju. Dengan sekilas aku segera tahu mobil
sedang melaju ke rah utara, maka aku tanya ke Ronny atau pun Linda yang
juga sedang asyik di depan, “Heh, sedang menuju ke mana kita ini?”
Yang menjawab ternyata Linda dengan tanpa mau melepaskan emutan mulutnya
di kontol Ronny sehingga suaranya seperti suara orang yang tersumpal,
“Mmpphhff.. ki.. fftaa.. kee.. ff ‘L” saa.. phhjaa.. di sana.. phhpp..
ada hotel mmff.. hotel.. yang asyikk.. mmff.. slrupp.”
Aku sebetulnya setuju-setuju saja, tapi tiba-tiba saja muncul pikiran
lain sehingga aku protes, “Nggak, deh, oohh.. eyy..,” kalimatku terhenti
karena kaget dan geli oleh gigitan Alvin di puting susuku, “Balik ke
rumahku saja..,” lanjutku sambil tetap mengelus-elus kepala Alvin yang
terasa pula kontolnya masih berusaha menusuk keluar-masuk di memekku.
Mendengar protesku Linda yang tenggelam di antara selangkangan Ronny tiba-tiba bangkit, “Bener nih?”
“Serius, kita balik ke rumahku saja..” jawabku tegas.
Ronny dan Linda tampak sejenak saling pandang, tapi kemudian sepakat tak
berani melawan permintaanku. Maka di satu persimpangan Ronny memutar
balik haluan, kemudian meluncur menuju ke rumahku yang sedikit agak di
bagian selatan pusat kota.
Setelah tahu kendaraan yang kami tunggangi menuju arah balik, maka aku
pun segera ingat kepada tugas ingin membalas kenikmatan yang telah
diberikan Alvin.
“Kamu.. belum keluar, ya, sayang.. kontolmu masih ngaceng keras.. biar
aku bikin keluar, yaa..,” kataku sambil mengangkat kepala Alvin kemudian
memagut bibir, dan kami kembali berciuman cukup lama.
Tanpa melepaskan bibir dan lidah kami yang saling berjalin, aku
mengangkat tubuhku pelan-pelan sehingga sedikit demi sedikit kontol
Alvin keluar dari jepitan memekku. Menjelang kepala kontolnya lepas
cepat-cepat tangan kiriku menuju ke bawah untuk menyambutnya dan
menggenggamnya. Terasa sekali kontol Alvin begitu licin karena basah
oleh cairan orgasme yang tadi telah keluar dari memekku.
Sambil sedikit kukocok-kocok kontol yang licin itu, aku berbisik pada
Alvin, “Kamu pernah di ‘tits-fucking,’ dientot pake payudara, sayangg..
Sini aku kasih tits-fucking sambil sesekali aku sedot kontolmu dengan
mulutku yang haus ini, yaa..?”.
“Belum.. pernah, ohh.. asyik sekali.. sejak semula aku sudah tertarik
sama susu gedenya Tante Tarsih.. asyik sekali kayaknya dijepit di sana..
ayo, dong, Tante.. Al sudah tak tahan nih..,” jawab Alvin kelihatan
sudah tak sabar.
“OK sayang.. sini taro kontolmu di antara susu Tante..,” kataku sambil menyangga kedua susuku dengan kedua tanganku.
Posisiku agak sedikit turun dari jok mobil, sementara Alvin sedikit naik
dengan mengarahkan kontolnya di antara celah dua bukit payudaraku.
Begitu tiba di sana langsung aku sambut dan aku tekan payudaraku hingga
menjepit kontol Alvin.
“Ahh.. uuhh.. Tantee..,” lenguh Alvin kenikmatan sambil mulai mengocok-kocokan kontolnya di sana.
Kontolnya yang memang lumayang panjang dan gemuk, sesekali bagian
kepalanya menyentuh daguku. Dengan begitu memudahkan aku untuk bisa
menyambutnya dengan mulutku.
Dengan sedikit merunduk dengan mulut telah siap terbuka, maka kontol
Alvin pun sesekali masuk di mulutku. Setelah beberapa kocokan, Alvin
menghentikan gerakannya. Aku tahu Alvin minta kontolnya diisap, maka
segera pula aku merunduk agak jauh lagi sehingga sebagian kontolnya bisa
masuk ke mulutku. Kutahan dan kubiarkan terbenam di sana untuk beberapa
saat, ketika di dalam kuemut-emut mulutku sambil menggerak-gerakan
lidahku menyentuh-sentuh batang dan kepala kontol Alvin. Ohh.. luar
biasa sekali, aku bisa merasakan langsung bekas cairanku sendiri di
kontol Alvin.
Adegan dan wanginya cairan memekku sendiri ini sungguh membuatku
terangsang kembali. Nafsuku untuk bersetubuh sudah kembali pulih, ingin
sesungguhnya aku segera naik kembali menunggangi kontolnya Alvin. Tapi
kuputuskan untuk meneruskan memberikan tits-fucking sambil melomoh-lomoh
kontolnya dan sesekali kusedot-sedot, kuisap-isap.
Alvin sendiri kelihatan sekali merasa nikmat dan bahagia dengan
pelayanan itu, “Oohh.. emmhh.. nikmat sekali rasanyaa.. Tantee..
teruss.. jepit terus dengan susu tante yang gede itu.. ohh.. ya, sedott,
jangan berhenti.. tantee.. sedapp, wah sudah kuduga tante ini hebat..
aku mau deh setiap hari ngentot sama Tante Tarsih,” kicaunya.
Mendapat pujian itu ditambah birahiku sendiri, maka aku kian bersemangat
menjepitkan susuku dan nyedot kontolnya sampai pipiku kempot saking
kuatnya. Kurasakan gerakan maju-mundurnya Alvin pun kian deras,
kontolnya terasa sudah sangat tegang sekali, aku tahu itu adalah
tanda-tanda Alvin sudah kian dekat ke puncak kenikmatannya. Tak ayal aku
pun mengimbangi gerakan-gerakan pantatnya dengan semakin bersemangat.
Hingga tak lama kemudian, “Oohh tantee.. teruuss.. aku sudah hampir..
sudah dekatt.. teruss.. ohh.. uhh.. mmhh.. ohh.. uhh.. mmhh.., aku tak
tahan lagii.. keluarin di mana tantee..,” erangan dan kicauan Alvin
bercampur aduk.
“Keluarin di mulutku saja.. sayangg.. ohh.. mari penuhi mulut tante yang
lapar ini dengan spermamu yang hangat.. ayo keluarin.. sayangg,”
jawabku ingin segera melihat pasanganku mencapai puncak kebahagiaannya.
“I.. i.. ini dia tantee.. aku keluarr.. huuhh.. ahh..,” teriak Alvin,
bersamaan dengan itu kurasakan kontolnya menjadi super tegang diiringin
meletupnya semburan air mani dari kontolnya hingga membentur pangkal
tenggorokanku.
Begitu banyak air mani yang ia keluarkan hingga mulutku tak sanggup
menampungnya. Sebagian langsung kutelan, sebagian lagi kubiarkan keluar
di atas kedua payudaraku sambil tak henti-hentinya aku teruskan mengocok
kontolnya. Luar biasa sekali, ketika kukocok di luar pun sperma Alvin
masih meluap demikian banyak sehingga membanjiri seluruh permukaan buah
dadaku, kemudian meleleh turun membasahi sebagian perutku.
“Mmhhmmffhh.. Al, sayangku.. luar biasa banyak sekali sampai banjir..,”
kataku sambil menyusut air maninya yang turun ke perut untuk kemudian
kujilati lewat tanganku hingga bersih. Begitu pula yang membasahi
buahdada-ku, aku coba untuk menyendoknya dengan tangan kemudian aku
lahap pula, lantas dengan sengaja kuperlihatkan pada Alvin ketika
menjilat jari-jariku yang masih bersisa air maninya, berulang-ulang
kujilat hingga bersih. Tak lama kemudian terdengar kehebohan di kursi
depan, Linda setengah berteriak-teriak sambil mengocok kontol Ronny yang
masih tetap di belakang kemudi.
“Ayoo.. Ronny-ku, keluarkan.. tuntaskan sayang.. aku nggak mau kalah
sama Teh Tarsih.. aku pun ingin sperma hangatmu.. ayo keluarkan.”
“I.. i.. iya tante Linda, kocok terus, saya sudah hampir, kocok yang keras.. ehh.. sambil diemut lagi.. tante..,” pinta Ronny.
Kemudi mobil sedikit agak bergoyang, aku dan Alvin saling berpandangan
lantas tersenyum. Kontol Alvin yang sudah melembek masih di dalam elusan
tanganku, Alvin pun dengan mesra tak lepas-lepasnya mengelus bibir
memekku sambil mengecup-kecup puting payudaraku. Rupanya dia betul-betul
terpesona oleh kebesaran buah dadaku.
Lagi-lagi suara Ronny terdengar, “Yaa.. yaa.. ahh.. uhh.. ya tante, hampir tante.. aku mau keluar nihh..”
“Ya, ya, ya, keluarkan saja di mulutku,” kata Linda yang rupanya tak mau kalah dengan aku.
“Emmhh.. ahh.. tantee.. aku keluarr..,” erangan panjang terlepas dari mulut Ronny.
Tapi bisa kupastikan Linda sedang sibuk dengan limpahan sperma
pasangannya. Tak ayal, mobilku pun jadi penuh oleh aroma sex. Aku
sendiri, anehnya, merasa begitu bahagia dan sangat menikmati permainan
yang nikmat ini. Tanpa terasa mobil yang kami tumpangi sudah berada di
depan gerbang rumahku.
Linda tiba-tiba bangkit dari kursi depan lantas bertanya kepadaku, “Eh,
Teh Tarsih.. ini betul, serius.. gimana kalau suamimu ada di rumah?”
“Serius, dan memang aku ingin dia tahu,” jawabku tegas.
“Yang bener?” tanya Linda lagi masih ragu.
“Bener, ayo Ronny masuk saja jangan ragu-ragu,” kataku.
“Baik, tante,” jawab Ronny sambil memasukan mobil.
“Ya, nanti kita teruskan lagi permainannya, ya!” sambungku dengan suara menggoda.
Mobil pun masuklah ke halaman rumah, langsung masuk garasi dan kami
segera turun dengan pakaian masing-masing yang masih berantakan.
Pakaianku basah di bagian depan karena terkena limpahan spermanya Alvin.
intip juga disini ya....
BalasHapusINFO TOKO KESEHATAN DAN KECANTIKAN BEST SELLER
TOKO KESEHATAN™
*************************
✔ Obat Pembesar Penis
✔ Obat Penyubur Sperma
✔ Obat Pria Perkasa
✔ Aneka Kondom
✔ Alat Bantu Sexualitas
✔ Solusi Keluarga Harmonis
✔ Obat Libido/Perangsang Wanita
✔ Alat Terapi Pembesar & Panjang Penis
TOKO KECANTIKAN™
**************************
✔ Pemutih Wajah
✔ Pemutih Badan
✔ Pembesar Payudara
✔ Obat Pelangsing Badan
✔ Obat Peninggi Badan
✔ Obat Penghilang Tatto
✔ Perapat Vagina/Keputihan
✔ Tips Dan Trik Dalam Bercinta ♥
****************************************