Kami terdiam
sebentar karena dia konsentrasi ke jalan, kesempatan aku gunakan untuk
melihat tonjolan di boxernya, sepertinya dia sedang ngaceng.
“Tadi ngapain berdiri sambil megang selangkangan?” tanyanya. Wah mulai nih pikirku.
“Biasa, pagi-pagi gini kontol pada ngaceng, gatel pengen kocok,” jawabku berani.
“Sama, nih kontol aku juga sudah ngaceng,” ujarnya sambil memegang tonjolan di daerah kontolnya.
“Biasanya kalo dah ngaceng gitu diapain Mas?” tanyaku lagi.
“Kalo nggak dikocok, paling-paling mampir di warung nyari lobang,” jawabnya sambil cengengesan.
“Kalo ngocok emang bisa sambil nyupir?”
“Yah dibisa-bisain lah,”
Kemudian
tangannya mengelus-elus kontolnya dari luar celana, ia konsentrasi
sebentar ke jalan, kemudian tangan kirinya masuk ke dalam boxer dan
membuat gerakan keluar-masuk.
“Repot nanti Mas, sini saya bantuin ngocok,” kataku.
Ia menatapku sambil kemudian tersenyum, “kok nggak bilang dari tadi,”
Kemudian
tangannya keluar, lalu dengan yakin aku merunduk ke dekat
selangkangannya. Aku memasukkan tangan kananku ke dalam boxer dan baru
saja masuk jemariku langsung bersentuhan dengan kepala kontolnya yang
segera ku genggam dan ku elus-elus. Aku keluarkan tanganku lalu menarik
boxernya sampai sedengkul dan sekarang kontolnya sudah terlihat jelas
olehku.
Kepala kontolnya
gede dan batangnya berurat dengan panjang seperti milikku, dan
jembutnya lebet banget. Aku menjadi gemes dan segera aku usap-usap
serta kusibak rimbunan jembutnya dengan jemariku. Batang kontolnya
berdenyut-denyut tanda dia terangsang hebat.
Aku menggenggam
batang kontolnya dan aku mulai kocok, saat itu aku kaget ternyata dia
belum disunat dan inilah kontol pertama yang belum sunat yang aku
pegang. Aku tarik kulupnya ke atas hingga menutupi kepala kontolnya,
aku mendengar dia mengerang-erang. Kini posisiku tengkurap dan wajahku
tepat di atas kontolnya. Aku masih terkagum-kagum dengan kulupnya, dan
kulupnya yang masih menutupi palanya aku gigit pelan sampai kurasakan
dia menggelinjang.
“Aduh.. Enak banget. Suka kulup ya?”
“Iya, sedep.”
Aku menyedot
kulupnya agak kuat dan sesekali aku sesap-sesap. Kemudian kulit
kulupnya aku turunkan sehingga kepala kontolnya muncul lagi. Aku angkat
batang kontolnya ke atas hingga menyentuh perutnya sehingga bagian
bawah batangnya kini menghadapku. Ini adalah bagian kesukaanku, aku
mendekatkan wajahku ke batang kontolnya dan aku jilat bagian
frenulumnya (bawah dekat lobang kencing) hingga ke lobang kencingnya,
lalu ujung lidahku sedikit kumainkan di lobangnya sampai dia sedikit
melompat dari tempat duduknya mungkin karena kaget dan enak. Aku
turunkan lagi lidahku perlahan-lahan hingga kepangkal batang bagian
bawah.
Urat-urat
kontolnya juga mempesona, berkali-kali aku rasakan urat-uratnya
menyentuh lidah dan bibirku. Aku jilat lagi keatas hingga frenulumnya,
kemudian ujung lidahku aku peletkan di pinggiran topi bajanya dan
memutar beberapa kali hingga kemudian berakhir lagi di lobang
kencingnya yang kembali aku mainkan dengan ujung lidahku. Aku melihat
lendir bening keluar dari lobang kencingnya dan tanpa ragu aku jilat
habis.
Lalu dari topi
kontol bagian atas aku mulai menelusuri senti demi senti batang bagian
atasnya hingga ke pangkal kontol yang tertutup oleh rimbunan jembut.
Aku jilati jembutnya yang super lebet itu, ahh sedep banget, buat yang
suka jembut seperti aku ini adalah sensasi yang paling nikmat.
Aku benamkan
hidungku di hamparan hitam jembutnya dan kugosokkan berkali-kali
hidungku dan berkali-kali dia mengeluarkan erangan. Lalu aku merasa
mobil berhenti.
“Kenapa Mas?”
“Nggak apa-apa, susah nyupir kalo kontol diginiin,” ujarnya.
Jadi aku kembali
melanjutkan aksiku, kali ini malah semakin nikmat ada sensasi tambahan
saat dia melihat aksiku. Aku sekarang sudah di bagian kepalanya dan
aku jilat-jilat seluruh helm daging itu kemudian memasukkannya ke dalam
bibirku dan kusedot dengan kuat-kuat hingga dia kelojotan di bangkunya
sambil meracau kata-kata tak jelas. Mungkin lonte-lonte yang selama
ini dia entot nggak pernah ngisep kontolnya. Aksi sedotku tetap aku
teruskan dan kulihat matanya terpejam menahan enak.
Kami terhanyut
oleh suasana itu sehingga sama sekali tidak memperhatikan sekeliling
ketika tiba-tiba muncul seseorang di pintu jendela tempatku berada.
“Gila kau Fi!,” suara itu tiba-tiba muncul.
Aku kontan kaget
dan kurasa Raffi Ahmad juga seperti aku kagetnya. Aku menghentikan
jilatanku dan menatap ke arah suara yang ternyata datang dari sebuah
wajah yang terlihat keras dengan kumis tipis dan rambut yang keriting.
Kutaksir ia berusia 26-an.
“Kupikir mobil kau kenapa-napa, tak tahunya lagi asik kontolmu di sedot,” ujarnya.
“Ah kau Ben bikin aku kaget saja. Kau tak tahu enak kali kontol diginikan, mau coba?”
Raffi Ahmad
kemudian memegang kepalaku dan didorong pelan ke selangkangannya tanda
ia ingin aksi dilanjutkan. JAdi aku kembali melanjutkan aksiku dan
mulai menyedot-nyedot kontol Raffi Ahmad. Pintu mobil tempatku berada
terbuka, lalu orang yang tadi naik dan dia memperhatikan apa yang kami
lakukan. Aku sengaja membuat suara ribut dengan mulutku, berharap orang
ini terangsang juga.
“Enak Fi?”
“Enak Ben, kamu coba juga lah,”
“Hei, kamu mau nggak isep kontolku juga?” tanya orang itu. Aku melepaskan isapanku dan menatapnya.
“Mau banget, tapi tempatnya sempit,”
Orang itu terlihat berfikir, lalu ia berkata, “Fi, gimana kalo kita ke rumah Bonar aja, sepi paling-paling cuma ada Bonar,”
“Ya bereslah, mau nggak kau?” tanya Raffi Ahmad kepadaku
Aku mengangguk
dan kembali mengisap kontol Raffi Ahmad. Orang tadi masih di tempat
yang sama memperhatikan aksiku dan Raffi Ahmad. Sementara tangan
kananku sibuk memegang batang kontol Raffi Ahmad, sekarang tangan
kiriku bergerak ke belakang dan menuju selangkangan orang itu. Dia
memakai celana jeans, tapi bisa kurasakan kontolnya sudah mengeras dan
kontol itu aku remas-remas.
“Fi aku tak tahan
juga nih, kita ke depan aja di dekat lembar (tempat reklamasi pantai
yang rimbunan pepohonan) aku pengen ngerasain juga,”
“Agghh, kau ini Ben, ya sudah kau turunlah,”
Orang itu turun
dari mobil dan menutup pintu, tak lama kudengar suara mesin mobil dan
mobil kami juga jalan. Aku tetap menghisap-hisap kontol Raffi Ahmad
yang semakin banjir cairan bening. Tak lama mobil kembali berhenti
“Kita turun yuk?”
Kami turun dan
saat itu bisa kulihat figur Raffi Ahmad dengan jelas. Ia cukup tinggi
sekitar 165cm dan agak gemuk, celananya sama sekali tidak dinaikkan dan
kontolnya yang ngaceng masih teracung-acung di luar.
“Lama sekali si
Beni ini,” ujar Raffi Ahmad. Nama supir truk itu rupanya Beni, dan
sekarang dia turun dia hanya memakai celana dalam biru tua yang
terlihat kendor dan membawa sarung.
“Cepatlah kau Ben, pejuhku kayaknya sudah mau nyemprot,”
“Sabar Fi,”
Beni kemudian
menggelar sarung di rerumputan dan aku mulai menelanjangi diriku.
Dengan tinggi 175cman dan berat 68Kg, meski tidak terlalu berotot
rasanya tubuhku cukup menggoda, apalagi aku berkulit putih mulus.
Sekarang aku
berbaring telentang di sarung dan kutarik kontol Raffi Ahmad yang
kemudian berlutut lalu aku jilati lagi bagian kontol bawahnya. Kemudian
Beni bergabung dan Beni ini tubuhnya proporsional sekali, badannya
berotot, mungkin dia suka mengangkat barang, kulit gelapnya sangat
seksi.
Dia nggak tampan,
tapi aku sama sekali tidak perduli. Inilah enaknya kontol mereka yang
suka di sebut pekerja kasar, mereka nggak penting tampang yang penting
bisa puas, begitu juga aku, asal ada kontol, nggak perlu pemanasan dan
romantisan segala. Asal birahi sudah bergolak bisa dapet rasa enak yang
luar biasa.
Saat menatap kontol Beni aku kaget,
itu tak lebih dari 14cm, tapi diameternya sangat besar. Aku tangkap
kontol beni dengan tangan kananku dan kudekatkan dengan mulutku. Kurasa
mereka laki-laki sejati, karena mereka sama sekali tidak perduli dengan
tubuh telanjangku, yang penting buat mereka kontol terasa enak. Aku
kemudian berbalik dan kusatukan kepala kontol mereka hingga bersentuhan,
lalu secara bergantian aku jilati bagian bawahnya hingga kuisap-isap
kuat, bahkan terkadang kedua kepala kontol itu kucoba hisap bersamaan
dalam mulutku, tapi kontol Beni yang gemuk membuat masalah.
Seperti Raffi
Ahmad kontol Beni juga tak disunat. Aku tarik kulupnya lalu aku
longgarkan dan pelan-pelan aku masukkan kepala kontol Raffi Ahmad ke
dalam kulup Beni yang panjang dan berhasil. Mereka mengerang bersamaan,
lalu kedua kontol yang sudah menyatu itu aku kocok-kocok dan kujilat
dari kiri ke kanan dan kusesapi seperti aku makan jagung bakar. Mereka
terus mengerang enak, dan saat aku tarik kontol Raffi Ahmad, cairan
lendir bening menetes dari kedua kontol, entah punya siapa.
“Kau entot aku ya,” pintaku kepada Beni.
“Dimana?” tanyanya bingung.
“Ya di lobang pantatku lah,”
“Nanti sakit,”
“Ah sudah Ben, kau embat sajalah, dia pasti sudah biasa,”kata Raffi Ahmad yang kuiyakan dengan anggukan.
Beni kemudian
berdiri dan berjalan ke belakangku yang sudah dalam posisi menungging,
kulihat dia meludahi tangannya lalu ludah itu dipoletin ke kepala
kontolnya dan dia menempelkan ujung kepala kontolnya tepat di lobangku.
Raffi Ahmad memperhatikan apa yang Beni lakukan, sementara tangan
kananku terus mengocok kontolnya. Beni menekan kontolnya dan aku
merasakan lobangku terkuak pelan-pelan. Agak susah juga karena kontol
Beni memang sangat gemuk, tapi dia nggak menyerah meski sudah
keringetan.
“Gila sempit kali lobang kau,” ujarnya.
Kali ini dia
menekan agak kuat dan aku berusaha serileks mungkin menghadapinya.
Sedikit demi sedikit kepala kontolnya mulai masuk seiring rasa sakit
yang juga mulai kurasakan.
Bless.. Tiba-tiba
kepala kontol itu berhasil masuk, dan aku mengerang keras karena
rasanya cukup sakit. Kurasa Beni tidak pengalaman dengan laki-laki
sehingga dia pikir lobangku sama saja dengan memek lonte yang pernah
dientotnya. Dia terus membenamkan batang kontolnya dan aku
mengerang-erang sampai akhirnya seluruh batang kontol dia amblas. Aku
bernafas lega dan Beni mulai memompa lobangku, aku yang mulai terbiasa
juga mulai mengimbangi gerakannya.
Sambil tubuhku
bergoyang-goyang akibat hantaman kontol Beni di belakang aku menjilat
peler Raffi Ahmad bagian bawah dan kuputar-putar lidahku di daerah itu.
Enak sekali rasanya.
Sekarang kontol
Raffi Ahmad sudah tenggelam dalam mulutku yang lincah memainkan lidah
di dalamnya sehingga batangnya tetap terjilat. Terkadang aku sedikit
tersedak juga saat Raffi Ahmad dengan cepat membenamkan seluruh
batangnya di mulutku dan hidungku juga terasa geli karena seluruh
jembutnya terasa menggelitik. Dia menekan agak lama baru dilepaskan
lagi.
“Yang kuat Mas, cepet entot yang kuat.. argghh.. enakk.. shh .. ahh,” ujarku.
Beni semakin
semangat, dia semakin mempercepat temponya dan terus memompa dengan
liar sampai biji-biji pelernya terasa menampar-nampar paha belakangku.
Seluruh batang kontol Beni tenggelam dan ia tidak menariknya,
diputar-putar pinggulnya sehingga menimbulkan rasa ngilu yang sangat
nikmat di lobangku, apalagi jembut-jembutnya juga terasa menggelitiki
kulit pantatku. Lagi ia menarik batangnya dan berteriak-teriak
keenakan..
“Argghh.. setan kau.. setan kau.. enakk.. argghh..” racaunya.
Aku merasakan
desah nafas yang semakin berat dari Raffi Ahmad, dan aku khawatir dia
keluar sebelum sempat mengentot lobangku, jadi keluarkan kontolnya dari
mulutku.
“Jangan keluar
dulu, entot dulu lobangku,” kataku ke Raffi Ahmad. Raffi Ahmad
mengangguk dan ia memperhatikan Beni yang masih memompaku.
“Jangan keluar dilobang ya, keluarkan di mulut aja, mau ku hisap dan kultelen habis pejuh supir batak,” ujarku.
“Lepas aja Ben, biar ku entot dia, kau keluarin saja pejuh kau dimulutnya,” ujar Raffi Ahmad.
Tiba-tiba
kurasakan sangat kosong saat Beni menarik kontolnya dan aku berbaring
telentang dengan kontolku mencuat ke atas tegang sekali seperti monas.
Kurengkankan pahaku lebar-lebar, lalu aku minta Raffi Ahmad dengan
posisi yang sama untuk mengentotku.
Kami sama-sama
telentang dan karena lobangku sudah terbuka lebar oleh kontol Beni,
dengan mudah kontol Raffi Ahmad masuk. Tidak banyak gerakan yang bisa
dilakukan dengan posisi ini. Kedua kaki Raffi Ahmad berada disamping
bahuku dan Raffi Ahmad menghunjam-hujamkan kontolnya dengan sesekali
memutar pinggulnya, enak sekali.
Kini giliran Beni
menghajar mulutku, dia kangkangi tubuhku lalu tepat di atas wahku dia
sorongkan kontol gedenya ke mulutku dan segera aku hisap sementara aku
tangan kiriku mengocok kontolku sendiri. Beni terus menerus memompa
mulutku yang menjadi sedikit lelah karena terbuka begitu lebar karena
kontol Beni begitu besar. Belum lagi Raffi Ahmad semakin garang di
bawah. Aku tahan lagi.. Aku mengerang dan mengejan sejadi-jadinya..
“ARgghh..”
teriakku, lalu Croott.. crott.. crott.. crott.. Berkali-kali pejuhku
muncrat dan entah mendarat dimana, aku menggelepar seperti ikan
kehabisan nafas, nikmatnya tiada tara.
Bersamaan dengan
itu Beni membenamkan kontolnya dan aku sedikit tercekok saat tiba-tiba
pejuhnya menyemprot langsung ke dalam tenggorokanku, seketika aku
reflek dan mengeluarkan kontolnya yang masih menyemprotkan pejuh dan
kemudian meleleh dari lobang kencingnya. Karena ejanganku tadi,
otomatis membuat lobang pantatku mengkerut sehingga mencekik batang
kontol Raffi Ahmad sehingga dia juga mengerang keras, dan kurasakan
semburan hangat di lobangku.
“Sini Mas,
kesinikan kontolnya, aku pengen ngerasain pejuhnya,” ujarku kepada
Raffi Ahmad yang kemudian mencabut kontolnya dan berjalan ke arahku.
Sementara Beni
mengelap-elap sisa pejuhnya di bibirku dan sesekali masih mengalir
pejuh dari lobangnya yang aku jilat habis. Kini giliran kontol Raffi
Ahmad menempel di bibirku, dan kembali lidahku bergerilya menyapu sampai
habis pejuhnya yang belepotan di kepala kontolnya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar