Aku menghempaskan
pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku,
“Dina sayang” katanya sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah
tanganku. Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku,
dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami
bersentuhan lembut. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima
detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat
kukecup tadi memejamkan mata, “Aku pengen melakukan itu ma
kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut. Dia berusaha
mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku
dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut. “Mass” bisikku lirih.
“Dina sayang, mau ya”, rayunya lagi. “Tapi mass, aku takut Mas”,
jawabku. “Takut apa sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih
tanganku. “Aku takut Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku. Dia
menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup
bibirku. “Dina sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan
apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku
akan selalu sayang sama kamu”, bujuknya untuk lebih meyakinkanku.
“Tapi Mas” bisikku masih ragu. “Din, percayalah, apa aku perlu
bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang,
tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau Tuhan menghendaki kita pasti
selalu bersama sayang”, rayunya lagi. “Lalu kalau aku sampai hamil
gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.”Aah, jangan khawatir sayang,
aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana
sayang?” bisiknya. Rasioku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh
rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu.
Tangannya
bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini
mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan
sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku
dari balik baju kaosku yang ketat, “Mas harus janji dulu sebelum…” aku
tak melanjutkan ucapanku. “Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak
sabar. Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi
pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan
pantatku lalu diremasnya dengan gemas. “aahh… Mas”, aku merintih pelan.
“Mas aah mmas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas mau bertanggung
jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan
kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan
mulai mengelus gundukan bukit memekku. Diusapnya perlahan dari balik
celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari
tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam
genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya
mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku
hendak mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku, “eeehh
Mas..berjanjilah dulu Mas”, bisikku di antara desahan nafasnya yang
mulai sedikit memburu. “Oooh Dina sayang, aku berjanji untuk bertanggung
jawab, aahh aku menginginkan keperawananmu sayang”, ucapnya.
Sementara jemari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan
pahaku itu meremas gundukan memekku lagi.
“Ba.. baiklah
Mas, aku percaya sama Mas”, bisikku. “Jadi?” tanyanya. “hh. lakukanlah
mass, aku milik Mas seutuhnya.. hh..” jawabku. “Benarkah? ooh..Dina
sayanggg.” Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya,
digigit lembut, disedot. Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku
terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.
DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku mulai berani membalas
cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan
bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir
atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan
kecil saat bibir kami saling mengecup. “aah Dina sayang, kamu pintar
sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga.
“Mm aku belum
pernah punya pacar Mas, kan Mas yang selama ini ngajari aku ciuman”,
sahutku. “Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu
sering nonton film porno yaa?” godanya. Aku tersenyum malu, dan wajahku
pun tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu. “I…iya Mas,
beberapa kali”, sahutku terus terang sambil tetap menundukkan muka.
“Dina sayang, kamu nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat
menginginkan keperawananmu sayang?” tanyanya. “Aku serahkan apa yang
bisa aku persembahkan buat Mas, aku ikhlas, lakukanlah Mas kalau Mas
benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih.
Jemari tangan
kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke
gundukan memekku yang masih perawan, lalu diusap-usap ke atas dan ke
bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan
mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia
meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium
rambutku. “Oooh masss”, bisikku lirih. “Enaak sayang diusap-usap
begini”, tanyanya. “hh… iiyyaa mass”, bisikku polos. Jemarinya kini
bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat
gemas. “sakit Mas aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang
keras. Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya
kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil
merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia
mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.
Puas
mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak
merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri
pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian bawah toketku yang
sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki
perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku
dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman
bibirnya, “aawww… Mas sakitt, jangan keras-keras dong meremasnya”,
protesku. Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku
dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah
dan meremas-remas kedua toketku.
“Auuggghh..”
tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya
sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget. “Eeehh kenapa
Mas?” “Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru
membuka celana panjangnya di hadapanku. Aku tak menyangka dia berbuat
demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka
sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung
mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .
“aawww… Mas jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke
samping dan menutup mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli,
batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan
kontolnya sampai menonjol keluar semua.
Batang kontolnya
bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka
tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya,
“Uuuaahh…nikmatnya”. “Din sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa…
bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya yang
sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari. Aku
masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa
pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang
bergerak manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku kembali sembari
menutup mukaku dengan kedua jemari tanganku.
“Iiihh… Din…
takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli. “Itu Mas,
kontol Mas”, sahutku lirih. “Lhoo… katanya sudah sering nonton BF kok
masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok
itu bentuknya gini”, sahutnya geli. “Iya…m..Mas, tapi kontol Mas mm
besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka. “Yaach… ini sih
kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat,
kontol mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang
Indonesia sayang, ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan
milik kamu juga”, sahutnya nakal. “Iiih… malu aah Mas, jorok.” “Alaa..
malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu,
masa kamu yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Mas
dipegang biar kamu bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari
meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. pada mulanya aku
menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah
dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.
kedua tanganku
dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih
kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala
kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku hendak kutarik
lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang
kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya
itu, akhirnya aku hanya menurut saja. Pertama kali aku hanya mau
memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus sayang pegang erat dengan
kedua tanganmu”, rayunya penuh nafsu. “Iiih… keras sekali Mas”, bisikku
sambil tetap memejamkan mata. “Iya sayang, itu tandanya aku sedang
ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia
mengerang nikmat saat tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi
malah meremas kuat. Aku terpekik kaget, “Iiih sakit mass…” tanyaku. Aku
menatapnya gugup. “Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi
lekas sayang oohh…” erangnya lirih. Aku yang semula agak gugup, menjadi
mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini
bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi. Dia melenguh nikmat. Aku
kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas, jemari
kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala
kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari
yang kanan meremas kontolnya. .
Dia hanya bisa
melenguh panjang pendek. “.sshh…Din… terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”,
lenguhnya keenakan. Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai
mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti
semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu
maju mundur. “Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat. Aku
semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku
bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak
terkendali, “Din… aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr” teriaknya
keras. aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu, aku
melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara
pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok. “Kamu kok
lari sih…” bisiknya lirih disisiku. “Tadi katanya pejunya mau keluar
mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos. Rupanya dia gak mau ngecret
karena aku kocok makanya dia bilang
pejunya mau keluar.
Dia meraih
tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku
menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku
yang bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua
lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan
mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan
napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian
pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku. Sementara bibir
kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah
tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di
atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya
bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam
cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga
mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu
menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja. Sementara itu
dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku.
Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan
tertawa-tawa kecil, “Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran.
“Abisnya… Mas
sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa
kecil. Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan
aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti
tadi. Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya
dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat. “aagghh… Din… terus
sayang…” bisiknya mesra. Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang
wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat. “Enaak ya mass…”
bisikku mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan
kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan
pelukanku. “Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya
sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan
sekenanya ke samping.
Kini dia
benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap
mengocok kontolnya maju mundur. “Sayang… kau suka yaa sama kontolku”,
katanya. Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos.
“suka sih Mas… habis kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak
kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi. “Lucu apanya sih?” tanyanya. Aku
memandangnya sambil tersenyum “pokoknya lucu saja”, bisikku lirih tanpa
penjelasan. “Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen
liat dong”, katanya. Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari
kontolnya.
“Mas jorok ahh…”
sahutku malu-malu. “Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya
celana kamu”, katanya lagi. Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku,
kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada
mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku
memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya pasrah dan
mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting
celana ketatku yang berwarna putih itu.
Mukanya persis di
depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku
dari balik celana ketatku. Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan
ritsluitingku segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku
tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan
memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara pandangannya tak
pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya
CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di
tengahnya. Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman,
jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap
tersenyum.
“Aku buka ya..
CDnya”, tanyanya. Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan
gemetar jemari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari
kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap
perlahan dan mulai meremas. “Oooh…Masss” aku merintih kecil. kemudian
jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang
bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali
karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah
CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’
ku.
Menggembung
membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku
sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di
bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir
tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah
liang memekku. Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat. “Oohh..
Din, indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia
mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan
kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya
hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya.
Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di
mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis
kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu. Toketku
berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali
bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang
tampak berwarna merah muda kecoklatan. “kamu cantik sekali sayang”,
bisiknya lirih. Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya
berdiri lagi. “Mass… aku sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan
serahkan semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisikku mesra. Dia
merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku
menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya
yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang
telanjang, “Aahh.. Din kita ngentot di kamar yuk, aku sudah kepingin
ngen tot sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi. Aku hanya tersenyum
dalam pelukannya. “Terserah Mas saja, mau ngentotnya dimana”, sahutku
mesra.
Dengan penuh
nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar.
Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di
dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang
pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua
gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak
menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia
segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar
saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung
menerangi seluruh isi kamar. Dia memandangi tubuhku yang telanjang
bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil
tersenyum.
Dia merayap ke
atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar
ingin segera memasuki memekku. “Buka pahamu sayang, aku ingin mengen
totimu sekarang”, bisiknya bernafsu. “Mass…” aku hanya melenguh pasrah
saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai
menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya
mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku. “Sayang,
aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih
perawan.” “Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah. Lalu dengan jemari tangan
kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku.
Aku memeluk
pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara
belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku
bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu. “Agak ke bawah
Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww
pelan-pelan Mas sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.
Akhirnya dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku
menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya
untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir
ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan
kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan
memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil
menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali. “Tahan
sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali
sayang aahh”, erangnya mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala
kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
“aawwww…. masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat
kesakitan. Dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku
dan dilumat dengan perlahan. Lalu, “tahan sayang, baru kepalanya yang
masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya.
Tiba2 dia
mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan
perlahan. “Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih
sangat sempit dan kering sayang.” “memekku sakit Mas”, erangku lirih.
“Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu
sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu. Segera
dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih
sayang, “Din… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku
memandangnya dan tertawa renyah. “mm… aku bahagia sekali bersama Mas
seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya
gini”, ujarku polos. “Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini
sayang”, bisiknya
nakal.
“Iih.. Mas, Mas
cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku
selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan
melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku
dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan
kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai
pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas.
Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai
menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama
pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya
menekan gundukan bukit memekku. Dia menggerakkan pinggulnya secara
memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir
memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang
kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran
memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi.
Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil, “Aawwww… Mas saakiit”,
erangku. “Aahh.. Din… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia
melenguh keenakan.
Beberapa menit
kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya
kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini
ganti perutnya yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara
bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai
menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas
perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok. Aku
merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Mass, geli”, erangku
lirih. Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan
dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit
pentilku dengan lembut. ” Mas…” aku semakin mendesah tak karuan. Secara
bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh
nafsu. “Aawww…Mas”, aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain
sprei dengan kuat. Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya
mulai menjilati kedua toketku secara bergantian.
Lidahnya
menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah, mulai dari toket
yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku
secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku
berteriak-teriak kesakitan. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja
menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku
sekuat-kuatnya. Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat
kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi
rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi
kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. Bibir dan
lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua
toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus
dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik
kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran
kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna
kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.
Cukup lama dia
mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun
ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai
mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh
perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan
bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku. “Buka pahamu
Din..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu
membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu. “Oooh… masss”, aku
hanya merintih lirih. Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan
ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat
terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku
kelihatan tegang sekali. “Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”,
katanya mesra.
“Lampiaskan saja
perasaanmu, jangan takut kalau IDin merasa nikmat, teriak saja sayang
biar puass….” katanya selanjutnya. Sambil memejamkan mata aku berkata
lirih. “Iya mass eenaak sih mass”, kataku polos. Dia memandangi memekku
yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu
tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang.
Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit
kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di
antara kedua bibir memekku itu tertutup rapat. “MAs… ngapain sih kok
ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut
dan berkeringat.”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal.
“Iiihh… jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan
mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.
Selanjutnya aku
menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan bibirnya
langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua
bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan
bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan
meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai mencumbui bibir
memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium
bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah
untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah. Karena ulahnya
aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan
terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit
kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku. Dia
memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak
bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan
bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik
cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai
kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan
sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan
jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin
keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan
kenikmatan yang diciptakannya pada memekku.
Tubuhku
menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat,
sambil mengerang tak karuan. Dia semakin bersemangat melihat tingkahku,
mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya
bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna
merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan
lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat
sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka
bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit. “aawww
mass..sakiit”, pekikku kesakitan. “maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya
khawatir.
Dia mengusap
dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian
lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya
kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada
tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna
kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita. Lalu
secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan
mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil
menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat,
pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga
jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat
kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas
celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang
mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku
dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan
tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku,
pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku
lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku. Begitu singkat karena tak
sampai 1 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam
liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.
Dia masih
menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan
akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh panjang
pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih
menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh
selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang
kental. Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering,
“Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak
menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia.
“Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”,
bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.
Dia segera
bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang
berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar
dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada
pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia
menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di
atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya
pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan
nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku. Aku
menggeliat manja dan tertawa kecil, “Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku
manja. “Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya
nakal penuh nafsu. “Iiihh… jangan kasar ya mass… pelan-pelan saja
masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan. Sedikit
disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya
kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai
menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan
mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran
kepala kontolnya.
Aku menggigit
bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk…
bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya. “Tahan
sayang…” bisiknya bernafsu. Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu
kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei.
Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih
leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya
kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali
menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi
mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan
tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang
menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan
aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku
robek. Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang
memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan
ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis
terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek
keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya
mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi
pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah
tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku.
Dia berteriak
keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku
yang luar biasa. Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya
sayu. “Mass… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih.
Kami sama-sama tersenyum.
Direbahkannya
badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih
sayang, toketku kembali menekan dadanya. Memekku menjepit meremas kuat
kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan
mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima
tusukan kontolnya. “Mas… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra
kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit.
“Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya
dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya. “MAs, bagaimana
kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.”Oke…nanti
setelah ngentot kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya
gemas. “Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya.
“Biariin…” “Maasss…” aku agak berteriak. “Apaan sih…” tanyanya kaget.
Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih. “dienjot
dong…” bisikku hampir tak terdengar.
“Iiih kamu
kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya.
“Pokoknya, dienjot dong Mas…” sahutku manja. Dia mencium bibirku dengan
bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling
berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang
pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan
kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan
kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung
jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa
menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang mengentoti dan
menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya.
Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak
peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut
itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa
daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut
keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya. “Awww…
aduuh Mass… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan. “Maaf sayang…
aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”,
bisiknya. “pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang
banyak di liang memekku. Kami pun berpelukan puas atas kejadian
tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang
bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.
Kami tidur dua
jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami
saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia
mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak
berdiri. Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.
“Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”,
erangnya. Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki
satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan
oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari
kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang
kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa
yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil
mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan
yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar
tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu
tanpa merasa jijik. “Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.
“Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”,
katanya. .Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.
DIa
membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah
disiapkannya. “Din, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih
pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot
lagi”, katanya sambil membelai pipiku. “Aku nurut aja apa yang mas mau,
aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah. Sehabis makan langsung Aku
dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan
lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku,
kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku.
Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar
menerima rangsangan itu yang terasa nikmat. “Mas enak sekali..” nafasku
terengah2. Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku
dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku
kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu
dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit
dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia
menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan minta aku
telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta
aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu
mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas. Setelah aku lancar
melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang
beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk
menancapkan kontolnya di memekku.
Aku
ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan
bantal. “buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku. “biar
masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya
sambil menelungkup diatasku. Kontolnya digesek2kan di memekku yang
sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan. “Ayo Mas
cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. “Wah kamu
sudah napsu ya Din, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu
banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”,
jawabnya. Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku.
“Pelan2 ya mas, biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya
yang besar menerobos memekku yang masih sempit. Dia terus menekan2
kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik
pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya
nancep dalem sekali. “Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe
ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku.
“Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya. Dengan hitungan detik kami
berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku
berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar
untuk memulihkan tenaga.
Sudah satu jam
kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi. “Aku
belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” yanyanya. “Boleh mas, aku juga
pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai
menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.
Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya
dimulutku. Dia mengerang kenikmatan, “Enak banget Din emutanmu. Tadi
memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh
malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2″. Aku diam tidak menjawab
karena ada kontolnya dalam mulutku. “Din, aku udah mau ngecret nih, aku
masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku nungging.
“MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak
mengerti. “udah kamu nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari
belakang”, jawabnya. Sambil nungging aku bertanya lagi, “Mau dimasukkin
di pantat ya mas, aku gak mau ah”. “Ya gak lah yang, ngapain di
pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya. dengan pelan
diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua,
terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku
diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut.
Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku.
Tangan kirinya
menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan
semakin cepat. Aku mulai merasakan nikmatnya dien tot, sakit sudah
tidak terasa lagi. “Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang
cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku. Dia
tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras,
nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia
melenguh, “Din aku ngecret, aah”, erangnya. “Mas, aku nyampe juga mas,
ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga nyampe.Kembali aku
terkapar kelelahan.
Ketika aku
terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang
dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah
terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang
dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan
gemas, diciumnya pusarku. ” Mass, geli!” aku menggeliat manja. Dia
tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku
menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya
ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku. Lidahnya
sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian
pindah ke pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti
melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes
dengan lembut toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras,
dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap
punggungku dengan tangan kanannya. “Kamu cantik sekali,” katanya sambil
mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku hanya tersenyum, aku senang
mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya.
Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba
kontolnya lagi, kugenggam
dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir memekku
melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2
berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan
pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa
bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku,
dadanya direndahkan sehingga menekan toketku. “Oh…mas”, lenguhku ketika
ia menciumi telingaku. “Kakimu dibelitkan di pinggangku Din”, pintanya
sambil terus mencium bibirku. Tangan kirinya terus meremas toketku
sedang tangan
satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya.
Lalu dia
mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia
menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal ini dia lakukan
beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi
kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi
kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika
melihat aku meringis. “Sakit yang”, tanyanya. “Tahan sedikit ya”. Dia
kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di
bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2. Dia terus
mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa
sakit. “Din, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil
menarik kembali kontolnya. Dia mencium bibirku dengan lahap dan
mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol
dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara
reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih
dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.
Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia
menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup
bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi
pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya
sudah nancap di memekku. Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat
membelit pinggangnya.”Akh mas”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah
masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya. “Masih sakit
Din”, tanyanya. “Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya,
terasa biji pelernya memukul2 pantatku.
Dia mulai
mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia
mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia
mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya.
Dia juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua, “Din,
memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang
ngentot dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus
mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali
kontolnya dienjot masuk. “Mas”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap
kali dia menghunjamkan kontolnya. Bunyi itu berasal dari beradunya
pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku
setiap dia mengenjot kontolnya masuk. “Din, aku udah mau ngecrot”,
erangnya lagi. Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan
terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu,
“Mas, aku nyampe juga mas”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat
banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena
ternyata dien tot itu mendatangkan kenikmatan luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar