Sabtu, 01 Oktober 2011

lapar cowok


“Ayo..” katanya sambil menarik tanganku.
Uwak memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya, bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa teman yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
“Tunggu sebentar ya..!” kata Uwak setelah membawaku ke dalam sebuah kamar, dan aku yakin kalau ini pasti kamar Uwak.
Sementara pria itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tetapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tetapi bersama empat orang temannya yang sebaya dengannya. Dan pria itu memiliki wajah yang lumayan tampan dan bertubuh kekar. Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, sehingga aku tidak sempat lagi menyadari.
“Aku dulu.., aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini..” kata Uwak tiba-tiba sambil melepaskan bajunya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Uwak bukan hanya menanggalkan bajunya, tetapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar-debar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Uwak mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali. Baru kali ini aku melihat dada yang begitu besar dan padat. Uwak mendekatiku, tetapi keempat pria lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
“Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?” aku membentak kaget.
Tetapi tidak ada yang menjawab. Uwak sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tetapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga telentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Uwak saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tetapi keempat pria mengonani penisku. Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat seperti tersengat aliran listrik ketika merasakan jari-jari tangan Uwak menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku.
Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku dikocok-kocok dengan bergairah oleh Uwak. Aku hanya dapat merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat. Aku benar-benar kewalahan dikeroyok lima orang pria yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tetapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tetapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku. Aku benar-benar tidak berdaya ketika anusku serta mulutku dimasukkan oleh benda tumpul. Saat itu juga aku langsung menyadari kalau mereka Homo.
Sementara itu Uwak menyodomiku dengan gairah yang sangat menggebu-gebu. Anusku terasa tercabik-cabik oleh benda yang sangat besar dan tumpul. Dan salah satu dari teman Uwak memasukkan penisnya ke dalam mulutku, sehingga aku tersedak oleh benda itu. Beberapa detik kemudian aku merasakan sperma Uwak menyemprot ke dalam lubang pantatku, sehingga tubuhku merasa ngilu dan mengejang. Lalu mereka bergantian menyodomiku dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya. Dengan cepatnya teman Uwak menggenjot kembali lubang anusku. Aku merasakan bagaikan tertusuk-tusuk.
Tidak lebih dari dua jam Uwak menyodomiku lagi, dan tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan teman Uwak tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku dapat merasakan semprotan spermanya. Setelah itu teman Uwak yang lain menggenjot kembali lubang pantatku. Setelah mereka berlima baru saja mendapatkan orgasme, mereka menggelimpang di sebelah tubuhku, setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya

Senin, 12 September 2011

pramugara

"Sebaiknya kamu duduk di belakang saja ya.. lebih sepi, jadi kita bisa ngobrol - ngobrol lagi", ajak Anton, dan tentu saja aku tidak menolak kesempatan emas untuk lebih dekat dengan Anton. Anton pun lalu memilihkan sebuah kursi di dekat pintu yang berhadapan dengan kursi awak kabin. Ketika pesawat akan tinggal landas, Anton duduk di kursi yang ada di depanku, sehingga kami saling berhadap - hadapan. Aku lalu melirik ke arah Anton, matanya sangat tajam memandang ke arahku, sehingga membuatku kaget dan aku pun bertanya - tanya dalam hati, apakah Anton seorang gay juga seperti aku ?.

Namun aku yakin pastilah Anton seorang gay dari cara memandangnya. Kami terdiam, tempat duduk di paling belakang sangat sepi hanya ada kami berdua. Aku sungguh bernafsu melihat body dan wajah Anton, dia sungguh tampan, aroma parfum-nya sungguh maskulin, karena tidak tahan, kakiku aku angkat dan kutaruh di atas daerah tempat kontolnya bersarang, kuelus - elus kakiku diatas daerah tersebut, dan Anton juga tidak protes ataupun terkejut ketika aku berbuat demikian, bahkan tampaknya dia sangat menikmati servis yang aku berikan, aku dapat merasakan kontol Anton, dan menurutku kontol Anton cukup besar, walaupun masih dalam keadaan setengah ngaceng. Akhirnya lampu sabuk pengaman pun dimatikan, dan kakiku langsung aku angkat dari daerah XXX Anton.

"Tom, tunggu aku selesai tugas ya ?", bisik Anton di telingaku, aku pun jadi heran apa yang direncanakan Anton terhadapku. Setelah aku menikmati hidangan, Anton kembali muncul.
"Tom, ikut gue yuk ?", pinta Anton "Kemana Ton ?", tanyaku heran "Udah.. pokoknya ikut aja !", ajak

Anton seraya meraih tanganku. Aku pun tidak bisa menolak, dan ternyata Anton mengajakku ke WC pesawat, aku sangat terkejut demikian cepatkah aku harus melayani kuda jantan ini, tanyaku dalam hati dengan hati riang gembira. Setelah kami berdua berada di dalam WC pesawat yg sempit itu, Anton pun segera menguncinya. Karena nafsuku yang sudah tidak tertahankan, aku pun mulai men-servis Anton, aku cium bibir Anton, kujilat - jilat bibirnya dan dia pun membalas ciuman ke bibirku, aku lalu mulai melepas kancing kemejanya dan lalu perlahan - lahan kuangkat kaos dalamnya, Anton sudah setengah telanjang sekarang. Aku lalu membuka baju dan celanaku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja.

"Cepat Tom, lepas celana gue", ujar Anton tidak sabaran. Cepat - cepat kubuka celana Anton sehingga yang tampak sekarang hanya kancut segitiga-nya yang di bagian kepala kemaluan-nya agak basah, mungkin karena precum. Aku sudah tidak sabar lagi aku pelorotkan kancut itu, sehingga kontol Anton yang sudah ingin bebas itu loncat ke atas dan berdenyut - denyut pula. Aku pun mulai beraksi aku jilat dan hisap kontol Anton, dan dia tampak mengerang kegelian. "aahhh... enak Tom.. hisaapp..ahh", perintah Anton, dan langsung aku hisap kontol Anton aku mainkan lidahku di kepala kontol-nya, yang membuat Anton menjadi mengerang kenikmatan, aku isap - isap buah pelernya, kukulum - kulum batang kontol-nya, akhirnya Anton pun mulai menunjukkan tanda - tanda akan keluar pejuh-nya, urat - urat kontolnya mengeras, aku langsung menghentikan adegan oral sex ini, pelan - pelan aku lalu melepas kancutku, dan duduk di urinoir, lalu kupengang kontol Anton dan kuarahkan masuk ke lobang pantatku.. ahhh... sungguh nikmat rasanya, dan agak sakit juga, karena bool-ku udah lama nggak dientot, Anton sudah mulai mengerang kenikmatan lagi, matanya ia pejamkan, aku lalu mengisap puting susunya, aku jilat leher dan wajahnya yang tampan, lengannya kunaikkan, aku senang juga melihat bulu ketiaknya sangat lebat lalu aku kulum dan jilat ketiak itu, Anton mulai menaik - turunkan pantatnya cepat sekali aku tau dia akan ejakulasi, rasanya sungguh nikmat ketika Anton mengentot bool-ku, untuk menahan rasa sakit aku tarik-tarik tissue

WC, sehingga tissue itu bertebaran, aku juga turut mengocok kontolku, akhirnya ..crot..crot...
...menyemprotkan pejuhnya di pantatku sambil berteriak kepuasan yang mendalam, sungguh banyak sekali dan rasanya pejuh Anton mencapai usus dalamku, akhirnya aku pun turut ejakulasi, Anton menjadi lemas, wajahnya berkeringat dan penuh kepuasan, begitu pun aku yang sudah turut lemas, akhirnya kami memakai pakaian kami, dan aku lalu memberikan

om vito seksi

"Apa benar latihan binaraga bisa membuat kelamin kita kecil, Oom?" tanyaku penasaran sambil untuk kesekian kalinya melirik ke arah cawat minim Oom Vito. Ia tersenyum.

"Wah, liat sendiri saja deh!" jawabnya sambil menarik tanganku dan meletakkannya di atas jendolan kemaluannya. Aku langsung gugup ditantang begitu. Untuk sejenak kami terdiam, hanya saling memandang. Pelan-pelan aku menyingkapkan kancut Oom Vito dan membiarkan aurat pebinaraga itu keluar dari persembunyiannya.

Kontol Oom Vito yang sudah setengah menegang itu ternyata besar sekaleee! Masih memandang ke arah mukanya kuelusi urat jantan paman temanku itu.
Peler Oom Vito tambah keras saja. "Isap,Ber!" bisiknya. Tanpa disuruh dua kali langsung saja aku berjongkok di pinggir ranjang dan kuselomot titit Oom Vito ke dalam kulumanku. Kuisap-isap aurat jantan gede itu serakus-rakusnya sampai Oom Vito menggelinjang dibuatnya.

"Annngghhhh.....oahh.....isap terussss Bermannnnn..!" lenguhnya. Aku tambah aktif memuluti anatomi paling pribadinya. Dan tak lama kemudian menyemburlah air mani Oom Vito ke dalam mulutku. Creeesttt..ceeett....cresttt!

Tangan atlet ganteng itu mendorong bagian belakang kepalaku. Matanya terpejam dan pinggulnya terangkat dari atas ranjang. Sedap sekali mengulum peler kuda Oom Vito. Ketika akhirnya peju tidak memancar lagi kulepas sedotanku atas kelamin Oom Vito.

Senin, 15 Agustus 2011

perawan

Mungkin karena aku baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin menggila .Aku lihat Pepen dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka telanjang bulat di hadapan aku dan Santo.Mereka saling berpelukan, berpagutan tampak Pepen menciumi tetek Anggi yang mungil Pepen lalu mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya . Mereka tampak tidak canggung lagi Anggi mengisep-isep peler Pepen persis seperti kejadian di film blue itu . Anggi juga sepertinya telah terbiasa Kontol Pepen bak permen, diisep, dikulum oleh Anggi Santo merapatkan tubuhnya kepadaku.
"Rim .kamu sayang aku enggak?"tanyanya padaku. "Eh..emang kenapa, Din ?"kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Pepen dan Anggi "Aku pengen kayak gitu ."kata Pepen sambil menunjuk pada Pepen dan Anggi yang semakin hot. Tampak Pepen mulai menindih Anggi, dan memasukkan batang kontolnya ke nonok Anggi. Dengan diikuti teriakan kecil Anggi, batang kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Anggi. Gairahku melonjak-lonjak entah kenapa?Seluruh badanku merinding ."Rima?"kata Santo lagi. "Eh enggak ah enggak mau malu ."kataku. "Malu sama siapa?"kata Santo. Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. "Malu sama Pepen dan Anggi tuh "kataku. "Ah mereka aja cuek ayo dong Rima aku sudah enggak tahan nih "kata Santo. "Ah..jangan ah "kataku. Gairahku makin tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Pepen dan Anggi. Tak terasa tangan Santo mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang jeans. Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita. Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Santo mulai merayapi dan meremas-remas buah dadaku yang masih kencang dan belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru pertama kali aku merasakan ini ."Buka Bhnya, ya sayang "pinta Santo. Aku mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan Santo membuka Bhku.. aku sekarang benar-benar telanjang dada. Santo mengisepi pentilku memencet-memencet buah dadaku yang masih kenyal dan bPepen "Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaa"kata Santo sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku "Belum Din ahhh enak Din terus terus..jangan berhenti ."kataku. Kenikmatan itu baru kali ini aku rasakan. Kulirik Pepen dan Anggi, mereka sekarang bermain doggy style. Anggi berposisi nungging dan Pepen menusuknya dari belakang terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila "Buka celanamu ya sayang aku udah pengen nih "pinta Santo. "Jangan Din takut ."kataku. "Takut apa sayang?"kata Santo. "Takut hamil "kataku. "Enggak Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan tanggung jawab, percayalah "katanya.
Aku diam saja Santo mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Santo pun memerosotkan celana dalamku Aku benar-benar polos bugil. Santopun membukaseluruh bajunya, kami berdua telanjang bulat .Tangan Santo tetap meremas-remas tetekku Kulirik Pepen dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah biasa bersodomi rupanya kulihat kontol Pepen maju mundur di pantat Anggi sedangkan tangan kiri Anggi mengucek-ucek memeknya sendiri yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering .Santo terus mengerjaiku, tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke nonokku"Ah..sakit, pelan-pelan, Din.."teriakku ketika jari itu memasuki nonokku. Santo agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . "Din, isep dong punyaku "pinta Santo sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku. "Ah..enggak ah "kataku menolak. "Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Anggi saja berani tuh "pinta Santo memelas.
Dengan ragu aku pegang kontol Santo. Baru sekali ini aku memegang punya laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Santo sudah berdiri tegang rupanya. "Ayo dong Rima sayang "pinta Santo lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa. Ih, kenyal "Hisap dong sayang seperti kamu makan permen "Santo mengajariku. Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep keras-keras..kusedot-sedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Santo. "Ah ah .uuuhhh enak sayang teruskan .." erang Santo. Tangan Santo terus mengucek-ucek nonokku. Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkinsudah basah Aku jadi senang mengisap kontol Santo terus kulomoh kuisap..kujilati kusedot-sedot ih..enak juga, pikirku Tiba-tiba Santo menarik kontolnya dan mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Santo melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriak"Aduuh sakit Din pelan-pelan dong " Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan kenikmatan lebih .Santo melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Santo lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku ."Ahhh perih Din "kataku. Santo diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan diri. "Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok "katanya. Pelan-pelan Santo mengocokkontolnya di nonokku. Masih terasa perih sedikit kocokkan Santo semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali "Terus Din Terus ahhhh ah .enak ."kataku. Sempat kulirik Pepen dan Anggi masih terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Pepen semakin menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati ."Din ah.ah .aku aku ."entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan dari nonokku entah apa "Keluarkan saja sayang kamu mau keluar ."kata Santo. "Ahh iya Din aku mau keluar .."tak lama kemudian terasa cairan hangat dari nonokku .
Santo terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. "Satu nol, sayang"kata Santo tersenyum. Santo mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa "Kenapa dicopot Din.."tanyaku. "Kita coba doggy style, sayang "jawabnya sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Santo menusukan kontolnya lagi sekarang badanku terguncang-guncang keras terdengar erangankeras dari Anggi dan Pepen, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga kali keluar Santo tampak belum apa-apa dia terus mengocok kontolnya di memekku. Sudah hampir ¾ jam aku dientot Santo, tapi tampaknya Santo belum menunjukkan akan selesai. Kuat juga aku lemes sekali lalu Santo mencopot lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Anggi ketika mau disodomi .eh apakah aku mau disodomi Santo? "Mau ngapain Din "tanyaku penasaran ."Seperti Anggi dan Pepen lakukan, Rima aku ingin menyodomimu sayang "jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku yang melonjak-lonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku mendiamkannya ketika Santo mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby oil. Tak lama kemudian, kontol Santo yang masih keras itu diarahkan ke pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Santo tampak mulai merayapi lubang pantatku "Aduuuh sakit Din "kataku ketika kontol itu mulai masuk pantatku. "Tenang sayang nanti juga enggak sakit "jawab Santo sambil melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku "Aduuuhh sakiiiitt "kataku lagi. "Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi ketagihan sekarang "kata Anggi sambil mengelus rambutku dan menenangkanku. "Kamu sudah sering disodomi, Nggi?"tanyaku. "Wah bukan sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah tenang saja ayo Santo coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo.."kata Anggi sambil menyuruh Santo mencoba lagi.
Santo mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku. Terasa perih di pantatku ."Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada hari libur, kalo lagi mens-pun tetap bisa dientot hi hihi "kata Anggi. Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Santo mulai mengocok kontolnya di pantatku. "Pelan-pelan, Din masih sakit "pintaku pada Santo. "Iya sayang enak nih sempit"katanya. Anggi ke belakang pantatku dan mengucek-ucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat "Anggi ah .enak "kataku. "Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmat"kata Anggi pada Santo. Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat ."Hai sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Santo? Lubang yang satu ini dipake pacarku Pepen "kata Anggi. "Tanya Rima saja deh, aku lagi asyik nih"jawab Pepen sambil terus mengocok kontolnya di pantatku. "Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok "pinta Anggi. "Ah..jangan deh "kataku."Sudahlah Rima, kasih saja aku rela kok"kata Santo. Tiba-tiba Pepen merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang oleh Anggi dan diarahkan ke nonokku. Dengan sekali hentakan, kontol itu masuk ke nonokku. "Jaang "kataku hendak berteriak jangan tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot dan disodomi . ½ jam Pepen dan Santo mengocok kontolku. Aku lemes sekali baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini kurang siap.
Aku keluar 2 kali sebelum Pepen mencopot kontolnya dan memasukkan kontolnya ke mulut Anggi. Anggi menghirup peju yang keluar dari kontol Pepen dengan nikmat. Kemudian Santo melakukan hal yang sama, tadinya aku ragu untuk menghirupnya, tapi lagi-lagi rasa penarasan pada diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Santo. Santo memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya. Ah..rasanya asin dan agak amis setelah kontolnya bersih, Santo mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di kasur. "Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu "katanya lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Santo. Aku mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku menangis di pelukan Santo ."Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang jangan tinggalkan aku yaa ."kataku pada Santo. Kulihat Anggi dan Pepen sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat.

kolam renang

Hai nama gue rizky gue duduk di kelas 1 smp gue punya dua orang temen yandi sama didit yang juga sama2 duduk di kelas 1smp.
Ok kita mulai…..
Waktu itu hari senin,gue mau main ke rumahyandi bareng didit .Berhubung yandi orang kaya jadi dia punya kolam renag…,itulah tujuan gue mau main kerumah yandi..,yandi seorang ank yang bertubuh mungil ,…tapi jangan salah…walau tubuhnya mungil dia punya badan yang mulussssssssssss banget apalagi pahanya wuuuiiihhhh kontol gue sampe ngaceng kalo ngeliat dia lagi ganti baju…,kalo didit…dia punya badan yang lumayan tapi pantatnya gede.
Akhirnya kami sampai dirumah yandi…,tapi kami ngga mau lansung berenag tapi kami ngobrol2 dulu.Akhirnya udah cukup lama gue bilang”Eh…berenang yok….”,”ayo…ayo…”kata didit dengan semangat.
Akhirnya kami berganti pakaian ,…didit yang udah bawa crlana renang langsung ganti di deket kolam renang…, sedangkan gue yang lupa bawa celana renang,gue minta pinjem yandi aja…”yan…gue pinjem celana renang dong….”kata gue dengan nada manja…sambil ngerangkul yandi ,”emangnya elo nggak bawa ..??”tanya yandi,”ngga..”gue bilnga…,”ya udah yuk ganti baju dikamar gue c.renagnya juga ada di kamar gue….!!”
Ya udah gue ikutin aja dia sampe di kamarnya dia .”nih….”katanya si yandi.Seperti gue bilang pas dia buka baju kontol gue langsung jadi ngaceng….,wuuiiiihhhhh badanya yang mulus dadanya yang keren yang bikin gue nggak tahan woooooo pentil tetenya yandi yang berwarna coklat muda…..,ya uadah pas yandi mau buka celananya gue stopin aja “tunggu yan….,lo mau gue bantuin ngga..???”,”oh iya..iya…”kata yandi ya udah gue buka aja celanaya wuihhhhhh pahanya yang mulus….pantanya yang walaupun mungil bersihnya bukan main….pokoknya mulus dehhhhhhhhh,ya udah diam2 gue raba raba aja pahanya yang mulus… terusss terussss sampe ke bag.pantat ,yandi nggak ngerasa apa apa..ya udah terus gue masukin tangan gue ke celana kolornya….wwuuuuiiihhhh pantatnya halusnya bukan main…….terus ternyata yandi ngerasain gue raba raba pantatnya dia…..”ngapain sih lo..?”,nggak ngapa2in kok..”jawab gue..,gue tanya lagi..”yan…kolor lo juga gue bukain yah…”,”emmm….iya deh…”kata dia tanpa pikir panjang lagi gue plorotin aja celana dalemnya…wwwaaaahhhhhh kontolnya yandi yang bergantung di depan gue trlihat indahhhhhh sekaliiiiiiii walu belum ngaceng kontol yandi lumayan gede juga ..,kontolnya bersih kulitnya mulus ,halusssssssss sekali…….nggak ada jumbut sehelai pun di kontol yandi ya udah makin gede aja kontol gue yang ngaceng…./”udah yan…sekarang gantian dong…..”,”ok..,ok…”kata yandi…,dengan cepat die ngel;epas semua pakaian gue sampe tinggal koloran doand akhirnya dia ngeliat kontol gue yang uadah super ngacenggg
“Wah…gila lo….kontol kok ngaceng sih……??”,”udah buka deh…!!”kata gue ,ya udah dia ngeplorotin celana gue…”ahhhhhgila lo riz…..kontol ngacengnya gede banggggggeeeeettttt….jembut lo kok juga lebat sih…!!!” karna nafsu gue udah membra,berapi-api tanpa bicara gue anggkat dia langsung gue cium bibirnya…wuihhhh bibir yandi terasa lembuttt sekali di bibir gue hangatnya bibir yandi …,yandi yang tadinya meronta pun sekarang mejadi mulai menik matinya….”Emmmmmmm…”cuma itu yang terdengar dai mulut kami berdua ..,kontol yandi yang nggak berbulu beradu sama kontol gue yang lebat bulunya akhirnya gue remas2 pantatnya dia yandi juga mula meremas pantat gue…,akhirnya gue nggak menciumi bibir yandi lagi gue mulai menjilati lehernya akhirnya gue sampai di dadanya gue isep2 pentil tete yandi yang berwarna coklat muda itu “uuuhhhh…yaaaahhh…”begitukah yandi melenguh…akhirnya gue sampai di bagian yang paling sensitif kontol yandi nggak di sangka kontol yandi gede juga kalo ngaceng 100%.. ya udah gue jilatin aja kontol yandi “eeemmmmm…..sllluuurrrpppp”itulah yang terdengar dari mulut gue”uhh…terrrruuuuussss rrrriiiz ahhhhhh…”lenguhan yandi terus terdengar….tapi gue nggak ngepeduliin yandi kontol nya gue ise makin kenceng ..,gue kocok kontolnya yandi”ahhhh….ahhh..uhhh…”yandi terus terusan mengerang …”rrriiiizzzz…ggguue penggennn ngerasssaiinn konnnttoolll looo…”ya udah akhir nya kami barganti ke posisi 69 kami tiduran di tempat tidur”Ahhhhh…terruss yannn..” kata gue yandi terus2an ngisep kontol gue…kontol gue dikocok terusssss….”udah ah yan guuue bossan nihhh”,”ya udah…kita ngentotan aja yuk…”…ya udah gue langsung nggangguk yang memulai gue…yandi tiduran di tempat tidur gue di samping tempat tidur yaudah gue buka aja lobang pantatnya gue jilatin dulu supaya bisa masuk akhirnya gue masukin kontol gue ke lobang pantat yandi .
“Arggggghhhhhh…sakit…”teriak yandi “tahhhhaaann yaannnn…uhhh…” ya udah gue entotin aja si yandi teruss,terusss gue beri sodokan maksimal”arggghh terrrussss….nnniiikkmmaaattt…” teriak yandi “gggannntiannn donggggg….!!”ya udah akhirnya gue cabut kontol gue dari lobang pantatnya yandi…..kami melakukanya dengan posisi seperti tadi yandipun menjilati lobang pantat gue akhirnya dia masukan kontolnya ke dalam lobang pantat gue yandi mulai ngentotin gue “agggghhhh tttrrruuuss yan…ukhhh”yandi ngentitin gue sambil ngocok kontol gue dengan tangan kananya “yaaannnn…gue mo keluarrrrr nih…”kata gue.”gue jugaaaaa…..” akhirnya yandi mencabut kontolnya dari lobang pantat gue dan kami ke pos.69 kami saling ngocok kontol satu sama lain……NNNNCCCCCRRRROOOOTTTTTTTTTTT………keluarlah peju kami secara bersamaan peju yandi teerasa nikmat di mulut gue dan juga teras hangat di tengguorokan gue pas gue telen ,peju gue pun di telen sama yandi, nikmat banget kontol gue yang basah karna air peju dijilat dan dimainin sama yandi pake lidahnya…akhirnya kami berciuman dan tertidur pulas

papa cabul

Saya bingung tapi menurut saja. Saya yakin mereka takkan menyakitiku. Mereka itu hanya ingin ngentot denganku saja. Lalu saya merasakan benda tajam menggores celana dalamku, tepat di bagian pantat. SRET! Angin dingin berhembus masuk, menggeletik anusku. Rupanya, Adi sengaja melubangi celana dalamku agar dia bisa ngentotin saya tanpa melepas celana dalamku. Saya kecewa sekali karena saya masih juga tak diizinkan untuk bertelanjang bulat.
“Kamu akan menjadi piala bergilir kami, sayang,” bisiknya sambil mencubit putingku. AARGGH!! Tumben, Adi tidak lagi mmemanggilku ‘Anda’.
Rudi cepat-cepat merentangkan sehelai selimut usang di atas lantai yang kotor dan buru-buru berbaring dia atasnya. Kontolnya yang ngaceng sengaja dikocok-kocoknya agar ereksinya terjaga. Saya kemudian didorong ke arahnya. Saya mengerti bagaimana Rudi ingin mengentotinku. Maka saya merayap ke arahnya dan memposisikan lubang duburku tepat di atas kontolnya, wajahku menghadap wajahnya. Lalu pelan-pelan kontol itu pun amblas masuk.
“AARRGGHH!!” eran Rudi saat kepala kontolnya dicekik oleh otot anusku. Saya sendiri juga mengerang kesakitan saat kontol Rudi memaksa masuk.
“UUGGHH!!” Adi dan Parjo mengelilingi kami dan menyaksikan pertunjukkan kami sambil mengocok batang kontol mereka. Suara becek kocokan kontol mereka bergema dalam ruangan itu.
“AARRGGHH!!” erangku ketika kontol Rudi akhirnya PLOP! masuk. Baru kali ini anusku dientotin kontol. Tak pernah terpikir bahwa saya bakal merasakan nikmatnya dingentotin kontol.
“AARRGGHH..” erangku lagi, memutar-mutar kepalaku.
Rasa sakit mendera anusku, Rudi sementara itu mendorong-dorong kontolnya masuk, menginvasi anusku. Saya hanya meringis kesakitan sambil berusaha untuk mengangkat tubuhku sedikit. Namun terasa sulit sekali.
“AARRGGHH..!! UUGGHH!! Sakit, Mas.. AAHH..!!”
“.. Hhhooh.. Hhohh.. Tahan saja..” Erang Rudi.
“Nanti juga.. Hhhoohh enak kok.. Aaahh.. Uuugghh..” Rudi meraih dadaku dan meremas-remasnya.
“.. Hhhohh.. Saya paling suka.. Uuugghh.. Dada cowok.. Hhhososhh.. Putingnya kecil.. Hhhooh.. Merangsang sekali.. Hhhoosshh..”
Keringat mulai membasahi tubuh kami. Gaya negntot seperti itu sungguh menguras tenaga. Sambil sibuk mengentotin pantat perjakaku, Rudi menggenggam kontolku yang terbalut celana dalamku dan mulai mengocoknya dengan kasar. Berdua kami saling mengerang dan menggeliat-geliat.
“AARRGGHH..!!”
Saya membiarkan diriku dikuasai nafsu jahanam, nafsu antara sesama lelaki. Namun sungguh nikmat sekali rasanya, tenggelam dalam nafsu sejenis. Sayaa ingin Rudi menghabisi anusku, menghujamkan kontolnya sedalam mungkin.
“.. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Aaahh..”
“AARRGGHH..!!” erangku ketika tiba-tiba kontolku berkedut-kedut dan mulai berkontraksi.
Nafsuku yang kutahan sejak tadi akan meledak sekarang! Kepala kontolku membesar dan memuntahkan pejuh. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROTT!! Saya mengejang-ngejang dan menyebabkan kontol Rudi di dalam pantatku ikut mengejang.
“AARRGGHH!! UUGGH!! OOHH!! AAHH..!!” erangku sat orgasme menguasai seluruh inderaku.
Saya hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa sementara kontol Rudi terus menyodomiku. Celana dalamku kontan basah semua dengan sperma. Terpicu orgasmeku, Rudi pun akhirnya keluar lagi, untuk yang kedua kalinya. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOT!! Tubuhnya terguncang-guncang dan sodokan kontolnya menghajar duburku tanpa ampun.
“AARRGGHH!! UUGGHH!! HHOOHH!! AAHH!!” Kami berdua benar-benar menikmati orgasme kami, sampai pada tetes terakhir.
“AARRGGhh.. “
Dengan lemas, saya mencoba untuk bangkit berdiri. Kontolku mulai melemas dan bergelantungan, mengeluarkan sisa pejuh. Rudi berguling ke samping lalu bangkit, masih terengah-engah. Kukira semuanya telah selesai, namun tiba-tiba Parjo memelukku dari belakang, kontolnya yang ngaceng terasa sekali bergesekkan dengan pantatku.
“Gantian gue ngentotin loe,” serunya.
Tanpa membrikanku kesempatan untuk protes, Parjo langsung menancapkan kontolnya sedalam-dalamnya dalam lubang duburku. Saya hanya bisa berteriak, “AARRGGHH!!”
Bagaikan binatang buas, Parjo menguasai tubuhku. Gerakan ngentotnya mula-mula cepat, lalu lambat. Kemudian dia kembali mempercepat sodokannya, lalu melambat, begitu seterusnya. Saya hanya menjerit-jerit saat tiba pada ritme cepat, sedangkan ketika measuki ritme lambat, saya hanya mendesah saja. Parjo mmemang ahli mengendalikan ejakulasinya. Gaya ngentotnya yang unik terbukti ampuh untuk menahan laju orgasmenya. Dingentotin Parjo, membuat kontolku bangkit kembali.
“.. Hhhoohh.. Aaahh.. Hhhoosshh..” desahku ketika Parjo melingkarkan tangannya di sekitar batang kontolku dan mengocok-ngocoknya. Benar-benar nikmat sekali dikocok sambil dientotin.
Kata-kata kasar keluar dari mulutnya, “.. Aaahh.. Ooohh.. Bangsat! Ooohh fuck you! Hhohh.. Ngentot loe! Hhhohh.. Kontol! Aahh.. Pejuh! Aaahh.. Enak banget.. Hhhoohh.. Gue suka ngentotin.. Aaahh.. Cowok Cina kayak loe.. Hhhoohh.. Sudah putih, mulus lagi.. Hhohh.. Homo lagi.. Aahh..”
Selama bermenit-menit, dia terus meracau seperti itu. Suara yang hampir mirip suara tamparan dihasilkan dari tertumbuknya pantatku dengan tubuhnya, tiap kali Parjo menyodokkan kontolnya.
“AARRGGHH!!” teriaknya, dan tiba-tiba CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhnya muncrat tak terkendali, membasahi anusku. Rasanya di bagian dalam tubuhku sudah terlalu becek dengan pejuh Rudi dan Parjo. Pejuh mereka saling bercampur di dalam sana.
“AARRGGHH..!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!” Parjo terus menggenjot pantatku hingga kontolnya berhenti muncrat.
Sementara itu, tangannya tak henti-hentinya mengocok dan meremas kontolku dari balik celana dalamku yang basah itu. Meskipun saya baru saja ‘keluar’, nampaknya pejuhku akan kembali dimuncratkan.
“AARRGGHH!!” erangku sambil mencengkeram pinggangnya.
CCRROOT!! CCRROOTT!! CRROOTT!! Saat pejuhku tertumpah, tubuhku kejang-kejang dan bertumpu pada tubuh Parjo di belakangku. Dialah yang dengan sabar memegangiku dan menahan gejolak orgasmeku.
“AAHH.. UUHH.. OOHH.. HHOOSSHH.. AAHH..” CRROTT! Dan usailah semuanya.
Celana dalamku berbau tajam dengan sperma, dan tentunya lebih basah lagi. Begitu Parjo mencabut kontolnya, pejuhnya mengalir keluar dan turun ke pahaku. Saya masih tersengal-sengal dan bahkan tak mampu berbicara.
Tiba-tiba Adi mendekatiku dan mulai menciumiku dari belakang. Saya tahu apa yang diinginkannya. Dia pun ingin menyodomiku. Meksipun agak ogah berhubung saya sudah dua kali ngecret, namun saya kasihan juga padanya sebab sorot matanya nampak memohon sekali. Mau tak mau, saya biarkan Adi menyisipkan kontolnya masuk ke dalam anusku yang becek. Mudah sekali baginya untuk masuk. Dan terus terang, saya hampir tak merasakan rasa sakit apa-apa. Mungkin karena anusku sudah terbiasa, dan mungkin juga karena banyaknya pejuh yang melumasi lubangku.
Kembali, saya mendaki sebuah perjalanan menuju puncak orgasme. Adi pun ingin mengocok kontolku. Dia memaksa kontolku yang lemas itu untuk bangun sekali lagi. Saya hanya memejamkan mataku sambil menggeliat-geliat. Rasanya nikmat sekali merasakan tangannya meremas-remas kontolku. Kembali saya memasrahkan diriku dan membiarkan Adi mempermainkan kontolku. Sementara itu, pinggulnya sibuk bergerak-gerak seperti piston kereta api, memompa kontol ke dalam tubuhku. Kontol Adi merupakan kontol yang terbesar di antara mereka semua. Berhubung pantatku sudah banjir pejuh, Adi merasa hangat dan basah sekali menusukkan kontolnya di dalam tubuhku.
“.. Hhhoohh.. Aaahh.. Aaahh.. Hhhoosshh..”
Waktu terus berlalu sampai akhirnya saya merasakan gejala ejakulasi Adi. Tanpa dapat dicegah, Adi menggeram seperti hewan buas dan kepala kontolnya mengembang. Sedetik kemudian CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
“AARRGGHH!! UUHH!! HHOOSSHH!! AARRGGHH..!!” Adi menumpahkan seluruh pejuh yang dimilikinya, napasnya berat dan terengah-engah. Kurasakan lubang anusku kaku dan menganga. Aliran pejuh masih terus saja mengalir keluar. Tiba-tiba, tiba giliranku untuk ngecret. Astaga, mereka benar-benar ingin menguras persediaan spermaku.
“AAGGHH!!”
Dan seperti biasa pejuh tersembur keluar dari lubang kontolku, meskipun tidak sebanyak yang tadi. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOT!! Namun orgasme yang kurasakan tetap nikmat.
“AAHH!! OOHH1!! UUHH!!” celana dalamku sudah tak sanggup lagi menampung spermaku. Sperma itu pun akhirnya menyerap keluar dan jatuh ke atas lantai, menciptakan genangan pejuh di sana-sini.
Setelah itu, tubuhku melemas dan Adi harus memapahku. Tak terkatakan betapa letihnya saya. Anusku menganga lebar, dan menumpahkan semua pejuh yang tersimpan di dalamnya. Tak ayal lagi, lantai bengkel itu hampir banjir dengan sperma. Bau seks begitu terasa dan menusuk. Kami semua berbaring di atas handuk saling berpelukkan. Saya menjadi pusat perhatian dan berbaring diapit di antara Adi dan Parjo

Jumat, 22 Juli 2011

ngerjai anak kos

Akhirnya kami sampai rumah, dan Aryo langsung masuk kamarnya di rumah induk. Kebetulan, pikirku. Aku segera menghidupkan TV dan menontonnya. Tidak berapa lama, perutku terasa sakit. Sepertinya karena aku makan sambel tadi sore, pikirku. Aku terburu-buru ke kamar mandi. Sekembalinya aku dari kamar mandi, aku terkejut ketika kudapati Aryo ada di dalam kamarku yang tadi lupa kukunci karena aku terburu-buru ke kamar mandi.
“Eh, Mas Deni, kok filmnya begini sih? Isinya kok cowok semua?”, tanya Aryo.
Aku terdiam sesaat. “Iya nih, salah ngambil tadi.”, jawabku sekenanya.
Mata Aryo terus saja mengikuti film yang sedang diputar tanpa berkedip. Sesekali dia menyentuh kemaluannya. Sepertinya dia menikmati filmnya, pikirku. Adegan di layar TV mulai memanas, satu persatu dari mereka mulai melepas celana dalam mereka. Aku duduk di sebelah Aryo, sambil kuelus punggungnya. Ia diam saja. Kulanjutkan elusanku di bagian dadanya yang bidang, turun ke perutnya, semakin turun. Aku menyentuh kemaluannya yang mengeras. Aku mencium bibirnya yang merah, sekali, ia diam saja.
Ketika kucium bibirnya untuk kedua kalinya, Aryo membalas, kaku. Sejenak aku memberinya kesempatan untuk bernafas. Kutindih Aryo di tempat tidurku, dan tanganku mulai mengusap-usap perutnya, dadanya. Aku mulai membuka kaos yang sedang dipakainya, dan terlihat dadanya yang bidang, kulitnya yang putih bersih. Aryo menggeliat-geliat ketika kuciumi lehernya. Kemudian Aryo membuka satu persatu kancing bajuku. Aku membiarkan ia melakukan hal itu. Kali ini Aryo berada di atasku. Aku membuka kancing celana jeans birunya, dan seketika itu pula kupelorotkan celananya. Terlihat celana dalamnya warna biru, dan sesuatu menonjol. Aryo mengerang keras ketika kupijat perlahan kemaluannya. Kuurut perlahan kemaluannya, dan dia tetap mengerang. Kuelus pantatnya yang padat berisi. Ketika itu dia telah berkutat dengan kancing celana jeans-ku. Segera saja dia memelorotkan celanaku. Kemaluanku sudah tegak berdiri di dalam celana dalamku.
Kemudian aku membuka celana dalamnya. Terlihat kemaluannya tegak seolah menantangku. Kukulum kemaluannya, dan kumainkan lidahku. Aryo menjerit tertahan. Ia memegangi kepalaku dan ingin mengulum kemaluanku yang tak kalah menantang, namun aku tak mau melepaskan kulumanku. Aryo memegang kedua pipiku, dan wajah kami sangat dekat saling berhadapan. Kami berciuman nikmat sekali, kemudian ia mencium leher dan dadaku, sambil mengelus ketiak dan punggungku. Lalu ia mengulum kemaluanku yang berbulu. Aku mengerjap-ngerjapkan mata, aku tidak tahan lagi, kuraih kemaluannya dan sesaat kemudian kami dalam posisi 69. Kukulum dan kuhisap kuat-kuat kemaluannya. Kulepaskan sesaat kulumanku pada kemaluannya.
“Aryo, Mas Deni mau keluar nih!” kataku.
Aryo tidak menghiraukanku. Ia hanya berkata tidak apa-apa. Lalu aku meneruskan menghisap kemaluannya, kumainkan lidahku. Tak berapa lama kurasakan sesuatu yang hangat mengalir di tenggorokanku, dia ejakulasi. Selang tak berapa lama, ketika aku sedang menikmati air maninya, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, dan keluarlah seluruh spermaku. Kami berdua terengah-engah setelah pertandingan itu. Kemudian dia duduk di pinggir ranjangku sambil melihat adegan-adegan yang masih saja berlangsung di layar TV. Aku duduk di belakangnya sambil menciumi leher belakang dan punggungnya.
“Kenapa, Aryo? Kamu nyesel?” tanyaku.
Ia menggeleng perlahan sambil memandangi wajahku.
“Lalu kenapa?” tanyaku.
“Nggak kok Mas Den, nggak pa-pa”, jawabnya sambil menunduk.
“Mas Deni tahu Aryo bohong, sekarang cerita kenapa? Kalo Aryo nyesel, Mas Deni minta maaf, kejadian ini bener-bener sebuah kecelakaan.”
“Ngga pa-pa kok..” jawab Aryo.
Lalu ia terdiam sesaat. Aku bener-bener merasa serba salah saat melihat wajah imutnya agak murung kali ini.
“Jujur aja Aryo, ada apa?”
“Oke deh, Aryo akan jujur. gimana kalo kita main sekali lagi Mas Den?”, tanya Aryo sambil tersenyum nakal.

lelap ngisap

Malam di mana basarnya Arya diadakan, saya menjadi gugup entah kenapa, bukannya karena saya jarang keluar rumah, tapi kali ini saya akan pergi dengan orang yang kuidolakan. Aku berusaha agar tidak mengecewakan nantinya. Setelah lama menunggu di uung lorong, akhirnya tepat jam 8 malam Arya muncul dari arah yang berlawanan. Ternyata Arya adalah salah satu anak yang kurang tahu caranya berbusana yang baik, ia memakai celana gombrang dan memakai baju yang tidak berlengan. Warnanya cukup mencolok, kuning tetapi untung saja celananya biru silver.
“Ck-ck-ck.. kamu mau ke mol atau ke bazar sih?” Celetukku sambil memandangnya dari atas ke bawah.
“Eh, gaya sedikit tidak apa-apa kan.” Balasnya lancar
“Kamu tidak bohongkan kalo basarnya diadakan di dekat sini.”
“He-he-he, sorry agak jauhan dikit, tapi tenang saja, nanti saya yang bayarin PP-nya.”
Rasanya mau marah tapi saat dia tiba-tiba menaruh tangannya di pundakku dan menyeretku pergi, marah itu hilang kembali, tapi malah aku bernafsu ingin menjilati ketiaknya yang sekilas terlihat jelas di depan mataku. Tetapi aku tersadar, saya tidak boleh mengacaukan apalagi merusak awal persahabatan ini menjadi hal yang kenyataannya di luar dugaan.

Hari itu acaranya berlangsung dengan seru, dan Arya selalu mengajakku ke setiap acara yang teman-temannya adakan. Tak jarang pula dia mengajakku nonton konser-konser musik seperti acaranya slank waktu itu. Makin hari aku makin akrab dengannya, sampai suatu ketika aku membuang perasaan cintaku padanya dan malah berubah jadi rasa persahabatan yang erat. Kami sering belajar bersama, mengobrol dan becanda bersama. Sepertinya ia membuat ambisiku selama ini malah menghilang secara perlahan-lahan.

Iseng itu selalu menjadi bagian dari sifatku, dan sifat iseng itu malah membuatku memperoleh keberuntungan yang bisa merubah kehidupanku. Hari itu, Arya mengajakku ke kamarnya, katanya ada acara minum ‘sara’ba’ minuman jahe yang manis pedas dia mengajak beberapa anak kost yang lain. Tanpa pikir panjang saya segera menuju ke kamarnya, wah! Ramai sekali di dalam, kami semua minum sambil nonton bola waktu itu pertandingan final piala Eropa_ anak-anak pada teriak-teriak jika striker mulai mendekati kubu lawan, apalagi saat gol tercetak.

Setelah waktu berlalu dan malam semain larut, anak-anak kost lain sudah menghilang satu per satu dan akhirnya yang ada cuma aku dan Arya, kebetulan Arya sendiri di kamarnya. Saat itu jantungku berdegup keras ketika menyadari kalau Arya ternyata bertelanjang dada. Aku malah jadi salah tingkah di depannya, tapi untung dia masih sibuk menonton tv. Untuk menghilangkan ke-salah tingkahanku, kuraih sebuah binder di atas meja dan membacanya sambil tertunduk. Kubuka halaman per halaman, isinya cuma catatan matematika, kimia, fisika dan corat-coret tidak berarti. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa, saat itu aku mau cepat cabut tapi sisi lain dalam diriku ingin tinggal dan memandang Arya selama mungkin.

Akhirnya, mataku secara tidak sengaja membaca sebuah tulisan mencurigakan. Itu adalah kata ‘homo’, selidik demi selidik, ternyata itu adalah daftar situs-situs x mengenai homoseksual. Karena kaget, spontan saja binder itu segera kututup. Awalnya hanya mengusap keringat di keningku, lalu aku berpaling ke Arya. Aku tidak bisa percaya hal ini pikirku, betulkah ini tulisan Arya atau..?

Lama aku berfikir secara jernih, dan kuputuskan kalau aku ingin mengetesnya sendiri.
“Kamarmu agak panas ya Arya. Kenapa jendelanya tidak dibuka saja?”
“Oh, panas ya, tapi jendela itu rusak, susah dibuka, engselnya karatan mungkin.”
“Aku buka baju yah.”
“Buka saja, pake minta ijin segala.”
Sekilas Arya tidak terpengaruh dengan perkataanku, tapi untuk memastikan segera kucopot bajuku sehingga akupun bertelanjang dada.

Tepat dugaanku, Arya menoleh sebentar ke arahku tapi ketika mataku bertemu pandang dengan matanya dia pura-pura melihat ke arah lain dan kembali menonton televisi. Lalu taktik ini terus kulanjutkan agar aku bisa lebih yakin, Arya yang menonton sambil berbaring di bantal guling segera kugoda kembali.
“Geser sedikit dong, saya mau tidur juga, ayo geser cepat!” Pintaku memaksa
“Mengganggu saja kau.” Balasnya kesal
“Nah, begini asik kan.”
Aku berbaring sambil melipat kedua tanganku ke atas sebagai penopang kepala, tentu saja ketiakku terbuka lebar dan menebar aroma khas pria yang bisa merangsang Arya. Beberapa detik berlalu, Arya terlihat agak tegang sampai akhirnya aku mulai mendengar desahan nafas aneh yang menandakan kalau dia mulai menikmati rangsangan halusku ini.

Aku sudah yakin 100% saat itu, karena sudah tidak sabaran lagi segera kutunggangi Arya dari samping dan mencium ganas bibirnya yang seksi dan selalu kudambakan itu. Kulumat bibir atasnya, lalu kujilat-jilat mulutnya sampai kuisap semua liurnya yang gurih. Tak lama setelah kejutanku padanya terjadi, dia melotot ke arahku dan memegang kepalaku dengan kasar. Sepertinya dia berusaha menghentikan perbuatanku. Akhirnya, cukup dengan satu tendangannya ke perutku, membuat tubuhku terhempas beberapa kaki dari tempatnya. Ia terlihat gusar dan sangat, sangat.. marah!
“Apa yang kau lakukan sialan!” Bentaknya sambil menggosok-gosok bibirnya.
Pikiranku tiba-tiba kacau, aku tahu sekarang aku dalam masalah besar. Aku ketakutan dan panik.
“Maaf, aku-aku.. maafkan aku.. aku tidak bermaksud..”
“Ha.. ha.. ha.. !” Tawanya lantang sembari menunjukiku.
“Kamu homo ya, ha.. ha.. ha.. kamu homo Noi, ha.. ha.. ha..”
Aku kehabisan kata-kata lagi, sepertinya rohku sudah berpindah tempat, sepertinya saya sudah tidak berdiri di atas kakiku lagi karena ketakutan.

Kemudian Arya mendekatiku dan menatap dalam-dalam mataku, sorot tajam matanya membuatku merinding dan panik. Jalan satu-satunya adalah segera angkat kaki dari sana.
“Hei, kalo mau cium, lebih baik kamu cium lubang pantatku brengsek!”
Tiba-tiba Arya mencengkram daguku dan menyeretku ke dinding, aku tidak berkutik dan pasrah saja dengan kekasarannya. “Ingat, kamu harus cium lubang pantatku!”
Belum sempat aku membela diri, Arya langsung saja mendaratkan ciuman lembutnya di bibirku, ciumannya begitu romantis dan penuh gairah. Kubalas ciumannya segera dengan keganasan yang sama. Saat itu aku jadi sangat bingung dengan tindakan Arya yang tadinya kasar sekarang kok malah.. , sangat bernafsu. Arya menghentikan ciuman dan memperlihatkan senyumnya yang sangat cute padaku seraya berkata, “Kamu betul gay Noi, untunglah..” Kembali ia melanjutkan ciumannya yang brutal padaku.

Begitu bahagia rasanya ketika aku tahu kalau pria idamanku ternyata gay. Arya yang terlihat sangat perkasa menciumiku sambil mengangkatku menuju ranjangnya. Saya dimanjakan ketika saya ditidurkan di atas ranjang.
“Sayang, saya mau ngisap dong, boleh kan..” Kata-kata manja itu keluar begitu saja dari mulutku. “Cepat dong sayang.”
Segera ia melucuti celanaku dan celananya sendiri, dan akhirnya kami berdua bugil dalam sekejap. Ia menindihku dan mengisap penisku.
“Oohh.. enak.. enak sayang.. terus..”
Penis Arya yang daritadi bergelantungan di depan hidungku segera kulahap, akhirnya impianku mengisap penis orang terwujud, tambah lagi penis Arya sangat panjang sekitar 17-18 cm. Ia segera menyudahi posisi 69 tadi, dan menginginkan hal yang lebih.
“Sayang, mau tidak saya tusuk?” Pintanya sambil menciumi bibirku.
“Sakit tidak?”
“Kamu akan menikmatinya sayang.”
Arya segera meraih lotion dari atas meja, ia melumuri penisnya dengan lotion itu lalu ia memintaku untuk melumuri lubang analku juga.
Ia memintaku untuk telentang agar ia bisa menyelipkan bantal guling di bawah pinggangku. Dari sisi ranjang, ia berdiri dengan gagahnya menatapku dengan manis. Ia mengocok penisnya beberapa kali lalu mulai menempelkan kepala penisnya di permukaan anusku. Rasanya geli bercampur nikmat, tapi rasanya tidak sabaran juga dan ingin segera merasakan kenikmatan yang ia janjikan. Secara perlahan ia mulai menusukkan penisnya, awalnya terasa sakit dan nyeri karena penis Arya cukup besar. “Bless!”, rasa sakitnya sudah tercampur aduk, ia mulai menggerakkan pinggulnya dan memulai tarian erotis.

“Aahh.. aahh.. aahh.. anusmu enak banget sayang.. aahh..” Wajahnya memerah menahan kenikmatan yang memuncak.
Rasa sakit itu telah tergantikan dengan kenikmatan yang sulit digambarkan dengan kata-kata, rasanya semakin dalam dan semakin cepat ia menusuk, maka rasa nikmatnya aan terus berlipat ganda.
“Aahh.. aahh.. Sayang.. aku mau keluar nih..”
Saya mengocok penisku sendiri agar Arya juga bisa menkmati air maniku yang nikmat.
“Aahh.. aahh..” Segera ia mencabut penisnya dan mengocoknya di depan mulutku.
Croot! Croot! Croot! Kulahap semua maninya yang kental dan nikmat itu. Lalu Arya mengisap penisku dan menelan habis semua sperma yang kukeluarkan.

party sex

Arya dan Axel sempat melirik ke arah kami, namun mereka tidak terlalu menanggapi kata-kata Dito barusan, tentu saja mereka sama sekali tidak mengerti. Dan bahkan, pasti tidak akan pernah terpikir di benak mereka berdua, kalau mereka akan kehilangan keperjakaan di villa ini nantinya, semuanya masih menjadi rahasia dan hanya aku danDito yang tahu. Dito membuka sendiri pintu villanya itu dengan kunci yang dibawanya dari rumah, tidak tampak wajah Pak Gito di sekitar bangunan itu, barangkali pria itu sedang tidur atau mandi. Pak Gito pun tidak tahu kalau majikan kecilnya akan datang ke villa hari itu, karena memang di sana tidak ada line telepon.

“Di sini ada dua kamar dan satu kamar utama, mendingan kita kumpul saja di kamar utama, cukup luas kok untuk empat atau bahkan sepuluh orang sekalipun. Nanti kita pindahkan kasur dari kamar lainnya kalau tidak cukup,” kataDito mengkomando. Kamar utama yang dimaksud Dito memang lumayan luas bahkan sangat luas, di samping itu tempatnya nyaman, dengan dua jendela kaca berukuran besar di salah satu dindingnya, di balik jendela kaca itu dibangun kolam ikan kecil dan air mancur, suasananya betul-betul asri dan berhawa sejuk. Kamar itu yang biasanya ditempati orang tuaDito jika mereka sekeluarga menginap di villa itu. Arya langsung membanting badannya ke atas ranjang.
“Wah, nyaman yah. Sepertinya aku betah nih!” kata Arya sambil kemudian diikuti oleh gelak tawanya. Ia menarik bantal dan guling yang ada di dekatnya dan langsung mengambil ancang-ancang untuk tidur, seperti biasanya jika pemuda itu bertemu dengan kasur. Jika melihat kasur empuk, Arya memang tak ada bedanya dengan orang yang kehausan di tengah gurun dan kemudian melihat mata air, bernafsu untuk segera menikmatinya.

Benar saja, tak lama kemudian Arya sudah terlelap sambil mengorok pelan. Sementara itu, Aku, Dito dan Axel memindahkan sebuah kasur lagi ke dalam kamar itu, cukup melelahkan juga mengangkat kasur berukuran besar itu. Setelah itu kami menghabiskan waktu kami dengan mengobrol dan bersenda gurau di dalam kamar. Sampai pada akhirnya,cerita kami mulai berbau porno, meski tidak terlalu ekstrim. Tentu saja, yang mendominasi aku danDito , sementara Axel waktu aku lirik tampaknya ia merasa risih dengan topik pembicaraan itu, ia hanya menanggapinya dengan tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Xel, kamu pernah nyoba ngeseks tidak?” tanyaku pada Axel. Cowok tampan itu menggeleng dengan lugunya.
“Ah, bohong! tapi ingin juga kan?” timpal Dito memancing. Beberapa saat Axel terdiam, ia seperti kena skak mat.
“Nggak ah! Jujur saja, aku agak takut!” sahut Axel kemudian.
“Takut apa? Takut bunting?” gurau Dito yang kemudian membuat kami bertiga tertawa terpingkal-pingkal.
“Ada orang tidur tuh, jangan ribut!” timpal ku mengingatkan. Arya membalikkan tubuhnya dan berubah posisi telentang.
“Kita kerjain yuk!” kata Dito tiba-tiba.
“Kerjain apaan?” tanyaku tak mengerti. Dito kemudian meraih tas ranselnya dan mengambil sesuatu dari dalamnya.
“Dengan ini!” kata Dito bersemangat sambil menunjukkan tiga batang spidol besar dan sebuah rapido di tangannya.
“Boleh juga,” timpal Axel sambil nyengir. Kami bertiga pun merayap dan duduk mengelilingi Arya yang masih terlelap dalam alam mimpinya itu. Waktu itu sudah hampir menjelang petang, sekitar jam empat.

Sesaat kemudian, tangan jahil kami pun mulai beraksi. Aku dan Axel melukis muka Arya dengan spidol dan rapido. Sementara Dito duduk di samping betis Arya sambil memegang spidol yang lain. Wajah putih mulus itupun dalam beberapa saat berubah menjadi wajah badut.
“Dadanya juga!” usul Axel kemudian. Aku dan Dito hampir bersamaan mengangguk setuju. Axel pun langsung melepas kancing kemeja Arya satu per satu dan mengangkat perlahan singlet yang dipakainya. Begitu dada Arya yang bidang itu membentang di hadapanku, aku pun langsung terangsang sekali, aku tidak tahu bagaimana dengan Axel danDito. Tetapi aku masih berusaha untuk menahan gejolak birahiku saat itu.
“Dit, minta yang biru!” pintaku sambil menjulurkan tangan ke arah Dito yang aku yakin masih duduk di tempatnya semula, aku tak menoleh saat itu pada Dito karena mataku yang terpaku menyaksikan hasil karyaku dan Axel. Tetapi, lama Dito tak memberikan spidol biru yang kuminta dan tidak sepatah kata pun yang diucapkannya, aku pun lantas menoleh ke arahnya, dan ternyata, astaga!Dito sudah tidak lagi memegang spidol melainkan tangannya sedang sibuk meraba-raba kontol Arya yang masih terbungkus celana jeans itu, bahkanDito hendak membuka restsleting celana itu. Axel pun sama bengongnya denganku menyaksikan aksi Dito saat itu, bahkan barangkali degup jantung Axel juga sama tak karuannya juga denganku.

Dito mendekatkan mukanya ke celana Arya, ia menciuminya dengan liar sebelum ia membukanya. Kemudian barulah ia menarik resletingnya perlahan agar terbuka dan tak lama kemudian terlihatlah celana dalam GT-man merah hati yang dipakai Arya saat itu. Dengan hati-hati sekali,Dito memelorotkan celana jeans Arya itu, sampai pemuda itu tak bercelana lagi, hanya mengenakan kemeja yang hampir semua kancingnya sudah membuka dan celana dalam seksi warna merah hati. Pokoknya, Arya sudah benar-benar acak-acakan saat itu, sangat jauh berbeda dengan penampilan sehari-harinya yang selalu tampil trendy, rapi dan modis. Tetapi justru ketika sedang dalam keadaan acak-acakan itulah Arya bahkan tampak lebih macho dan seksi dibandingkan biasanya.

Tanganku pun mulai mengelus-elus dada dan perut Arya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang menyambung dengan jembut-jembutnya yang tumbuh sampai ke seputar selangkangannya itu, bahkan ada yang tidak tertutup oleh celana dalamnya. Axel pun tak lagi merasa canggung, apalagi dilihatnya aku pun sudah mulai ikut-ikutan terbawa suasana dan mengerayangi tubuh Arya, Axel memilih untuk meraba-raba paha mulus Arya dan menciumi leher Arya.
“Argh, teruskan!” tiba-tiba Arya terbangun tanpa kami sadari, ia langsung mengerang-erang dan menggeliat. Entah ia benar-benar sadar atau masih setengah terbawa alam mimpinya. Yang jelas, Arya mendesah-desah seperti orang yang sedang berada dalam puncak kenikmatan. Kami bertiga pun makin diburu nafsu dan makin menggencarkan aksi kami mengeroyok Arya.

Dito menarik celana dalam Arya dan kemudian kontol Arya pun langsung tegak selepasnya dari dalam sangkar. Dito langsung melumatnya, menghisapnya maju mundur, menggigit-gigit pelan dan memainkan lidahnya di kulup sang pangeran. Kemudian, sesaat ia melepaskan lumatannya, bola mataDito digerakkannya ke atas sambil menggoyang-goyangkan kepalanya, tampangnya persis seperti orang yang mabuk kepayang setelah menenggak sebotol besar tuak cina. Sepertinya nikmat sekali kontol Arya yang panjangnya sekitar 17 cm itu saat kulihatDito sampai seperti itu setelah menghisapnya.

“Gantian dong!” pintaku pada Dito. Dito langsung berpindah posisi, ia duduk di dekat Axel, merebahkan diri dan memeluk tubuh pemuda itu dari belakang dengan erat, Axel pun pasrah saja bahkan ketika Dito melumat lehernya dan melepaskan t-shirt yang dipakainya dengan penuh nafsu. Setelah itu keduanya saling berpagutan, menikmati permainan lidah ular yang dahsyat, apalagi Dito adalah jagonya dalam urusan lumat melumat dan cium-mencium, malah ia bisa melakukan yang lebih dahsyat dari French kiss. Namun tak disangka, Axel ternyata sanggup mengimbanginya, tak kalah seperti orang yang sudah berpengalaman saja.

Arya makin kuat menggelinjang, tampaknya kenyamanan tidurnya terganggu dengan kenyamanan yang jauh lebih nikmat. Sama seperti yang Dito lakukan tadi, aku pun memasukkan kontol Arya ke dalam mulutku, mengulum dan melumatnya dengan sangat liar. Dan tak lama kemudian, Arya pun menyemprotkan sperma kentalnya di dalam mulutku, sensasi asin, hangat bercampur nikmat. Aku pun menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di kontol Arya sampai ludes tak bersisa. Rasanya jauh lebih nikmat dari susu, dan sangat kental.

Setelah puas bermain-main dengan batang kejantanan Arya, aku menanggalkan semua pakaianku sampai bertelanjang bulat dan kemudian menindih badan Arya dan melumat bibirnya, dan tidak kulewatkan setiap bagian dan lekuk-lekuk badan Arya dengan ciuman-ciuman mautku. Yang cukup lama ketika aku melumat bibir dan lehernya, karena menurutku bagian tubuh itulah yang paling seksi dari Arya. Apalagi aroma kelelakian dari keringat yang membasahi tubuh Arya yang makin membuatku bergairah. Arya kemudian membalikkan badanku, menindihnya dan menyerangku dengan ciuman-ciumannya yang juga tak kalah dahsyat.

“Argh!” Aku menggigit bibir bawahku sambil merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika mulut Arya mencaplok kontolku di bawah sana dan kemudian melumatnya. Tidak lama, aku minta posisi 69 pada Arya, karena sebetulnya aku masih belum puas menikmati kontol Arya di mulutku, apalagi kontolnya yang tergolong besar untuk ukuran remaja tujuh belasan itu kini sudah setegak dan sekokoh tower. Mengeras dengan urat-uratnya yang besar-besar itu.

Axel dan Dito ternyata punya keasyikan sendiri, mereka bertempur di atas karpet, bergulung-gulung sambil berpagutan dengan tanpa selembar benang pun yang menempel ditubuh mereka. Axel punya tubuh putih mulus, agak langsing dan memang tidak semacho Dito atau Arya, tapi tetap sangat menggairahkan. Dito mengocok kontol Axel yang panjangnya 15 cm itu sambil sesekali mengulumnya, ternyata Axel mudah sekali ejakulasi, sebentar saja dirangsang, precum-nya sudah keluar dan tidak lama sesudah itu, Axel menyemprotkan lahar putihnya yang juga kental itu ke dalam mulut Dito, bahkan saking banyaknya sampai-sampai Dito tersedak karenanya. Setelah kontol Axel terkulai lemas dan untuk beberapa saat pemuda itu duduk berselonjor di atas karpet, Dito pun berdiri dan menjulurkan kontolnya tepat di depan mulut Axel. Axel pun tak menyia-nyiakannya ketika sosis raksasa berdiameter 3 cm itu disodorkan ke arahnya, sangat menggairahkan. Ia pun mengocok dan melumatnya secara bergantian.

“Argh!”, Dito pun menggeliat-geliat karena nikmatnya. Axel makin buas saja, disepongnya dengan kuat kontol Dito itu, dan sesaat kemudian sperma Dito muncrat ke muka Axel. Dito membungkukkan badannya, ia memeluk leher AXel dan menciumi kepala Axel, Aku berdiri di belakang Dito, sambil memasang kuda-kuda untuk menusukkan kontolku ke dalam lubang anus Dito yang membuka di depanku saat itu. Sementara itu, Arya berjongkok di belakang Axel sambil menciumi punggung pemuda itu, dan kemudian perlahan makin turun dengan gerakan yang makin liar sampai pada akhirnya kontol Axel masuk ke dalam mulutnya. Arya menghisapnya dengan kuat sekuat gairahnya yang sedang berada pada posisi puncak saat itu. Demikianlah yang kami berempat lakukan di dalam kamar berukuran 10 x 8,5 meter persegi itu selama hampir empat jam sampai jam makan malam tiba. Lelucon badut yang berakhir dengan sex party

anak baru tahu rasa

Setelah duduk disebelahnya, aku kemudian merampas handuk Dito dengan tangan kananku, sementara itu tangan kiriku mendekap punggungnya, Dito pikir aku mengajaknya bercanda. Ia mencoba merebut handuknya kembali, tapi tidak dapat, kemudian mukanya ia jatuhkan tepat di atas kontolku, ia tertawa sebentar kemudian tak lama tawanya itu berhenti,Dito tertegun untuk beberapa saat lamanya di bawah sana. Aku tak begitu mempedulikannya, semoga saja ia kagum dengan “barang” kesayanganku yang baru diciumnya itu.

Sementara itu handuk yang kupegang, aku usapkan ke seluruh badannya, mengelap seluruh keringat yang membasahi tubuhnya itu, perlahanDito mengangkat lagi kepalanya. Dito makin memanjakan dirinya, membiarkan aku mengelap seluruh badannya, tak apalah sesekali berlaku seperti seorang pembantu asalkan bisa memperoleh apa yang disebut sebagai kenikmatan itu. Sungguh, aku benar-benar terlena menikmatinya meskipun sikapDito masih tampak begitu dingin saat itu, padahal aku sudah mencoba memberi rangsangan sentuhan ke bagian-bagian sensitif di seputar leher dan dadanya dengan usapan handuk, bahkan semua ilmu pamungkasku dalam bidang usap-mengusap sudah aku keluarkan saat itu.

Setelah cukup lama tertegun, Dito mengangkat kepalanya kembali. Tiba-tiba matanya menatap aneh ke arahku, mungkin saja ia telah terhipnotis oleh kontolku, jadi kupikir tak apalah jika usapanku tak berhasil.

“Mas Ferry nggak pakai CD yah, burungnya lagi berdiri tuh!” bisik Dito di dekat telingaku dan kemudian secara spontan, tangan Dito langsung menjamah dan meremas-remas kontolku, memijit-mijitnya dengan pijatan seks.
Aku memang sedang tidak pakai CD waktu itu, aku terkadang memang tidak memakainya, khususnya jika sedang di berada di rumah atau memakai celana karet gombor seperti yang kupakai saat itu. Kontolku makin tegak saja dengan keperkasaan penuh seperti rudal yang siap meluncur, aku bersyukur karena aku tidak impoten dan dikaruniai kontol yang seksi dan besar yang membuat orang yang memegangnya tidak akan bisa membedakan antara kontol dengan terong bangkok. Aku lantas menurunkan handuk yang kupegang perlahan, Aku merasakan sensasi nikmat yang luar biasa, dengan birahi yang membara.

Aku menggeliat dan mendesah, menggigit-gigit bibir bawahku. Merasakan nikmat tiada tara dengan aksi tangan Dito yang makin liar meremas-remas kemaluanku itu. Aku pun makin mendekatkan kepalanya ke atas dadaku, mengacak-acak rambutnya yang lurus terion itu. Aku mendekati telinganya dan membisikkan kepadanya, apa yang aku inginkan ia perbuat selanjutnya, layaknya seorang guru yang mengajar anak didiknya. Karena saat ituDito tampak masih canggung untuk memelorotkan celanaku dan melihat secara langsung batang kejantananku.

“Hisap dong Dit!” permintaan itu seketika keluar dari mulutku, terdorong oleh nafsu membara yang ada di dadaku saat itu, aku sungguh tak lagi merasa segan pada remaja belasan tahun itu.

Saat itu, aku ibarat sebuah tanggul yang rapuh, yang segera akan patah terbawa aliran badai nafsu. Dito pun beranjak dari tempat duduknya, ia berjongkok di antara kedua selangkanganku, kemudian dibukanya simpul tali celanaku, merenggangkannya, lalu menariknya dengan cepat, saat itu juga kontolku langsung melesak keluar dengan keperkasaannya.

Tanpa babibu lagi, Dito mendaratkan serangan bibirnya yang pertama ke kontolku yang panjangnya 17 cm itu, langsung menghisapnya dengan liar, menyedotnya seperti ketika menikmati orange juice, sesekali ia melepaskan hisapannya, dan menjilati kontolku dengan penuh birahi, birahi seorang remaja 15 tahunan yang baru sekali itu menikmatinya. Dito ingin menanggalkan celanaku seluruhnya, Aku pun menurut saja, membiarkannya bermain dengan sensasinya sendiri.

Aku mengangkat pantatku, mengangkang di depan mukanya, sehingga Dito lebih mudah melepaskan celanaku. Sesudah Dito melepaskan semua celanaku, ia kembali memainkan kontolku, mengocok dan mengulumnya secara bergantian.

“Argh! Terus Dit!” erangku keenakan.
Dito makin mempercepat tempo permainannya, ia bertambah buas saja dan tidak terkendalikan lagi, Dito menghisap kuat kontolku dan kemudian memompanya naik turun keluar masuk mulutnya, untung saja giginya tidak terlalu besar, kalau tidak, pasti kulit kontolku lecet semua bergesekan dengan giginya atau bahkan bisa saja terluka. Ternyata Dito sangat ahli dalam perkara hisap menghisap kontol, langsung jago tanpa perlu diajari.

Aku membungkukkan badanku di atas punggung Dito yang sedang menelungkup di atas seputar kemaluanku, lalu kuciumi seluruh kepala bagian belakangnya, menyibakkan rambutnya dan mengecup ubun-ubunnya, kemudian perlahan turun ke leher, dan ke punggungnya, yang membuat Dito mengerang-erang dengan desahan yang persis aku lihat di blue film. Semula aku pikir Dito terlalu berlebihan kalau meniru film, tapi tak apalah, desahan Dito malah membantu mempertahankan libidoku di puncak yang stabil.

Di tengah-tengah permainan yang seru itu, tiba-tiba spermaku muncrat, menyembur di muka Dito. Aku bermaksud mengelapnya, tetapi Dito malah meraih tanganku, mencengkeramnya erat dan ia malah menjilati dan menghisap jari jemari tanganku, sebelum ia membersihkan spermaku dengan lidahnya.

Sesudah itu, aku mengambil alih kendali, kesabaranku sudah habis untuk melihat seberapa besar dan seksinya kemaluan Dito dan bagaimana menikmatinya lewat sedotan mautku. Aku lantas merebahkan badan Dito yang bongsor di atas barbel set, membiarkannya terlentang di hadapanku seperti yang aku lihat tadi, tentu saja kini Dito tampak lebih seksi dengan hanya memakai celana pendek yang super minim sebagai penutup tubuhnya.

Dito memejamkan matanya, sementara itu kontolnya makin mengembang dan memenuhi celananya yang super ketat itu, sehingga seakan-akan celana itu tidak lagi muat untuk menampungnya. Aku iba melihat kontol Dito yang terjepit di dalam celananya itu, aku rasa sungguh alangkah baiknya jika kulepaskan saja ia dari dalam sangkarnya.

Aku pun langsung menindih badan gempal Dito di atas barbel set itu,
dan mulai menyerangnya dengan ciuman-ciuman mautku ke setiap lekuk tubuhnya sambil tanganku menggerayanginya di sela-sela badan kami yang saling menindih, menjelajah sampai menemukan barang yang aku cari yaitu kontol Dito, kemudian kumasukkan tanganku ke balik celana sport-nya, juga ke balik CD-nya yang terasa licin itu.

Busyet, ketika aku menjamahnya, aku merasa seperti sedang memegang pentungan pak satpam, It is very big size! Aku gesek-gesekkan tanganku ke kontol Dito yang besar dan super seksi itu, lagi-lagi aku beruntung bisa meremas batang kejantanan cowok seganteng Dito. Sesudah itu kuangkat sedikit pantatnya ke atas, dengan posisi tetap menindih tubuhnya, lantas aku pelorotin celana Dito dan sampai ke CD-nya sekalian. Hitung-hitung, biar tidak perlu kerja dua kali. Kemudian aku daratkan ciuman-ciuman pipinya dan seluruh mukanya yang bersih dan imut itu sambil sesekali mengecup lehernya, kedua puting susunya secara bergantian, perutnya, sekeliling pusarnya, dan wouw..batang Dito pas di depan mataku sekarang. Ternyata ukurannya lebih besar dari yang aku duga, sekitar 16 cm/3 cm.

Aku menelan air liurku begitu memandangnya, Aku pun langsung menghampirinya dengan bibirku, membiarkan batang kejantanan Dito itu tenggelam di dalam kulumanku untuk beberapa lama, dengan sensasi hisapan yang liar, sesekali aku menjilat ujung penisnya yang coklat mengkilat itu, menjilatnya sampai ke lubang kencingnya.

“Argh! jangan disana mas, perih!” seru Dito sambil kemudian menggigit bibir bawahnya begitu lidahku menjilat-jilat di sekitar lubang kontolnya itu.
Cukup lama juga aku memainkan kontol Dito, dan ia pun makin menggelinjang keenakan sampai-sampai barbel set yang dijadikan alas rebahannya hampir saja roboh, sekalipun bobotnya berat. Aku pun kemudian berdiri, kutarik lengan Dito dan dan mengajaknya meneruskan di floor. Aku membaringkan tubuh Dito yang berkeringat itu di atas karpet merah, aku tindih lagi, Tetapi Dito lebih cepat menyerangku dengan ciuman-ciumannya yang makin mengganas ke bibirku yang sama sensualnya dengan bibirnya.

Kami bergumul di lantai sekian lama, berganti-ganti posisi, kadang aku di atas, kadang Dito yang di atas, menindih tubuhku dengan tubuhnya yang agak berat. Hampir sejaman kami bergumul di atas lantai dan saling mencumbu, dan selama itu Dito cukup perkasa bisa menahan spermanya supaya tidak keluar, barulah saat di detik-detik terakhir ia mengeluarkan lahan putihnya, empat semprotan sekali muncrat, kental dan nikmat. Padahal, selama itu aku sudah ejakulasi sebanyak tiga kali. Aku menjilat habis sperma yang tumpah ruah di atas perut Dito itu, aku tidak mau menyia-nyiakannya, jika harus menunggu muncratan yang kedua, paling tidak aku harus menunggu sekitar sejaman lagi.

“Ah, nikmatnya!” gumamku begitu melakukan jilatan terakhir sperma Dito. Bahkan yang masih menempel di ujung kontolnya pun, tak tersisa juga oleh jilatanku. Dito pun seketika itu juga langsung lemas, kontolnya terkulai kelelahan. Dito masih saja telentang di bawah badanku, nafasnya tersengal-sengal dan jantungnya berdegup kencang.

Kemudian aku memutar posisi menjadi posisi 69. Ku hisap lagi kontol Dito sambil sesekali diselingi kocokan, pokoknya semua cara yang bisa aku lakukan agar kontol Dito tegak lagi. Sementara itu, Dito yang masih aku tindih juga melakukan hal yang sama, setelah rasa capainya berangsur-angsur pulih. Dito menjilati kontolku yang menggantung tepat di atas bibirnya, sesekali Dito mengangkat sedikit kepalanya untuk meraih dan menjilat buah pelirku juga sambil tangannya berpegangan pada punggung atau pahaku. Kami berdua sudah sama-sama basah dengan keringat bercampur sperma, paha Dito yang licin dengan keringat malah menambah gairah seksualku, belum lagi ujung-ujung jembutnya yang basah seperti ketetesan embun itu. Aku menjilatinya dan sesekali kuhisap selangkangan Dito dari keringatnya yang berasa asin dan horny itu.

Kuciumi kedua belahan selangkangannya yang membuat Dito kegelian dan menggelinjang, berputar-putar menggeser badannya di atas karpet. Kemudian dia berhenti berputar, mengangkat kepalanya, dan, “Aouw!” tiba-tiba saja Dito melumat kontolku dengan agak kuat di bawah sana, Aku pun menjerit dengan sedikit tertahan. Bukan karena kesakitan, tetapi karena Dito begitu mendadak melakukannya, ia meneruskannya dengan mengulum buah pelirku. Setelah itu, kontolku diempotnya naik turun, dijilatnya seperti es krim vanila.

menjelang pesta

Mas Randy berbaring di belakang Thomas. Kaki kirinya terangkat ke atas menekuk sejajar dengan kaki Thomas yang dipeganginya dengan tangan kirinya. Pantatnya bergerak-gerak cepat maju mundur. Kontolnya yang besar dan mengkilat karena basah, keluar masuk lobang pantat Thomas yang sempit. Keduanya mengerang-erang dan meracau tertahan. Mungkin takut suara erangan mereka terdengar keluar. Kalo kedengaran emang bahaya. Soalnya isi rumah kan lagi rame.
“Mas Randyhhh oohhh.. Mashhhh enjot yang kerasshh Mashhh…,” kata Thomas.
“Iyah Thomasshhh hehhh heehhhh… rasakan inihh…,”
“Ohhhh… enak banget Masshhh… ohhh…. Mas Randyhh doyan yahhh sama pantat Thomashhsshhhh.. ahhh… ahhh.. doyan yahh..?”
“Doyan banget Thomasshhh.. doyan bangethhh…Mas Randyhh mau entotin Thomasshh tiap hari dehh.. ohhhh..,”
“Ohhhh…ohhh… terus Mbak Taniahh ssshhhh gimanahh ? Ssshhh..,”
“Mbak Taniah kalo malem.. ohhh… Thomashhh siang-sianghhhssss..,”
“Thomasshhh pengennyahh malemmm shhh..,”
“Iya Thomas malem jugah ahh ahhh ahhh, kalo Mbak Taniah udah tidur ah ah ah,”
Andre jadi terangsang dengar percakapan dan lihat pergumulan mesum kakak dan sepupunya itu. sama seperti ketika ia pertama kali melihat pergumulan cabul itu. Resleting celana panjang hitamnya diturunkan. Dikeluarkannya kontolnya dari balik celana dalam putihnya. Kontol itu digenggamnya dan dikocok-kocok perlahan.
“Mashhhh ohhhh Masshhhhh……kontol Mas Randyhh gede bangethhhh ohhhh jembutnya juga lebathhh shhhh..shhh… Thomas suka bangethhh sshhh..,”
“Kontol Thomassshhh juga Mas Randyhh sukahhh..ssshh ahhh ahhh ahhh,”
“Tapihhh ahhh shhhh kan masih kecilll sshhhh dan jembutnya tipisshhhh….,”
“Entar kan gedeh sshhh..shhhh..ahhh ahhhh ahhhh ahhhh,”
“Kontol Thomasshhh enakhh Mashh? Ahhhh… ahhh… ahhhh..,”
“Enak banget hhhhhhaahhh.. ahhh….ssshhhh… apalagihhh… ahhh… kalo udahhh sshhhh gedehhh.. ahhh…a ahhh…,”
“Oooohhh Mashhhh…Mashhhhh kerashhh Mashhh.. lebih kerassshhhhh.. ohhhh..,”
Suara hentakan pantat Mas Randy semakin keras terdengar oleh Andre. Begitu juga nafas mereka berdua yang mendengus-dengus tertahan dengan keras. ABG ganteng ini jadi semakin terangsang. Kocokan tangan dikontolnya semakin cepat.
Kembali ke dalam kamar. Thomas tiba-tiba melepaskan kontol Mas Randy dari lobang pantatnya. “Kenapa Thomashhh? Ada apahh?” tanya Mas Randy bingung.
“Shhh… entot Thomas sambil berdiri Mas. Gendong Thomas ya Mas? Thomas pengen dientot sambil digendong Mas Randy. Kayak dulu Mas Randy sering gendong Thomas,” kata bocah ABG itu tersenyum sayang pada kakak sepupunya yang ganteng dan jantan.
“Thomas makin pinter ya. Sampe punya ide begitu. Ya udah sini Mas gendong,” sahut Mas Randy sambil tersenyum juga. Ia segera berdiri dan siap menggendong adik sepupunya yang langsing namun cukup atletis itu.
Dari tempatnya mengintip, Andre bisa melihat Thomas melingkarkan lengannya ke leher kakaknya. Wajah mereka beradu rapat. Bibir mereka menempel, berciuman. Telapak tangan Mas Randy memegang buah pantat Thomas yang putih kemerahan. Buah pantat itu diturunkannya pelan-pelan ke bawah. Kontol Mas Randy masuk sedikit demi sedikit ke lobang pantat Thomas yang terkuak. Membentuk bulatan berwarna kemerahan.
“Ohhhhhhhhh… Mashhhhhhhhhhh………….,” erang Thomas seiring kontol Mas Randy menembus lobang pantatnya.
Setelah kontol itu masuk semua dalam lobang pantat Thomas, hingga jembut Mas Randy yang lebat menempel di buah pantat Thomas, dimulailah persenggamaan kembali. Tangan Mas Randy menggerakkan buah pantat Thomas naik turun sambil pantatnya juga bergerak-gerak perlahan. Kontol Mas Randy bergerak keluar masuk lobang pantat sepupunya itu.
Andre semakin terangsang melihat posisi kakaknya dan sepupunya itu. gerakan pantat dan tangan Mas Randy semakin cepat. Dengusan nafas mereka semakin cepat dan keras terdengar. Andre tak pernah melihat kakaknya itu mengentoti Mbak Tania seliar ini. Apa yang pernah dilihatnya dilakukan oleh Mas Randy saat mengentot Mbak Tania di kamar itu tak lebih dari sekadar saling menindih dan menggerakkan pantat saja. Hingga sperma Mas Randy menyembur di memek Mbak Tania. Gak lebih.
Tapi Mas Randy mengentot Thomas begitu berbeda. Kakaknya itu kelihatan sangat bernafsu. Ia sangat menikmati sekali bersenggama dengan sepupu mereka yang ganteng itu.
Andre tak tahan lagi menahan orgasmenya. Apa yang dilihatnya sangat menggairahkan buatnya. Kontolnya segera menyemburkan sperma. Menempel di dinding dan sedikit di jas hitamnya. “Hohhh…hohhh…hohhhh…,” dengus nafas Andre saat orgasmenya datang. Matanya terpejam. Mulutnya menganga. Tubuhnya keringatan.
Sementara di dalam kamar, persetubuhan masih terus berlangsung. Mas Randy rupanya ingin menyetubuhi Thomas lebih intens lagi. Tubuh Thomas kini dirapatkannya ke dinding. Punggung Thomas menekan di dinding itu. Dengan begitu Mas Randy dapat menyodok lobang pantat Thomas semakin cepat dan keras. Nafas Mas Randy terengah-engah saat menggenjot pantatnya dengan cepat dan keras.
“Ohh.. ohhh…ohhh…ohhh…ohhh… Thomasshhhhh..Masshhh Randyhhh samapaihhh…ahhh…ahhh..,” erang Mas Randy tertahan. Pantatnya mengehntak keras menekan kontolnya dalam-dalam ke lobang pantat Thomas. Tubuhnya bergetar. Pantatnya mengempot. Spermanya menyembur dalam lobang pantat Thomas. Andre yang masih tetap mengintip, melihat pantat kakaknya itu mengkilap karena keringat. Mulut Mas Randy melumat bibir Thomas dengan buas. Setelah beberapa saat berciman keduanya tertawa kesenangan. Puas dengan persetubuhan yang baru saja mereka lakukan.
Lalu Mas Randy menggendong tubuh Thomas ke atas ranjang. Membaringkannya disana, bersisian dengannya yang juga berbaring telentang dengan nafas terengah-engah. Mereka tetap saling emmandang dan tertawa-tawa. Thomas mengangkat kedua pahanya ke atas. Dia sibuk emmeriksa lobang pantatnya yang belepotan sperma Mas Randy. Dengan jari-jarinya dilumurinya sperma Mas Randy merata ke seluruh pantatnya, juga ke buah pelir dan batang kontolnya. Daerah yang dilumurinya sperma itu terlihat mengkilap jadinya.
“Mas Randy, Thomas masih sempat gak buat ngentotin Mas Randy sekarang?’ tanyanya. Mas Randy melihat jam tangannya.
“Masih dong Thomas. Baru jam setengah sembilan kok. Mau dimulai sekarang?” tanya Mas Randy.
“Kalo Mas Randy ngijinin,” katanya.
“Diplomatis banget sih ngejawabnya,” Mas Randy tertawa. “Mau gaya apa? Dimulain aja sekarang. kalau liat-liatan terus, entar waktunya habis,” kata Mas Randy.
Thomas berpikir sejenak. Memikirkan model persenggamaan yang akan dilakukannya bersama Mas Randy. Andre yang sedang mengintip jadi gak sabaran. “Ngapain sih Thomas mikir gitu aja lama,” gerutunya.
“Thomas pengen Mas Randy ngerokok sambil dientotin ama Thomas?”
“Haa?” Mas Randy terkejut. “Kok gitu sih?”
“Iya, pengennya gitu. Ayo dong Mas,” kata Thomas dengan kekakanakan.
“Dasar deh. Thomas kebanyakan nonton bokep ya. Samapai fantasinya sejauh itu,” sahut Mas Randy. Tapi tak urung dilakukannya juga kemauan adik sepupunya itu. Mas Randy memang perokok. Segera dinyalakannya rokok dan diselipkannya di bibirnya yang tipis. “Trus gimana nih?” tanya Mas Randy. Andre sudah tak sabar pengen ngelihat model entotan versi Thomas ini.
“Mas Randy duduk di kursi situ,” katanya. Mas Randy kemudian duduk di kursi yang ada di kamarnya. Thomas melebarkan kedua paha Mas Randy ke kiri dan ke kanan, diatas pegangan kursi itu. Paha Mas Randy jadi mengangkang lebar. Belahan pantatnya jadi terkuak lebar. Mempertontonkan lobang pantatnya yang berbulu, menantang birahi Thomas. Mas Randy menghisap rokoknya dalam-dalam. Kemudian meniupkan asapnya yang tebal ke wajah ganteng Thomas.
Thomas langsung mencium bibir Mas Randy. Berbagi sisa asap yang masih mengepil dari mulut kakak sepupunya yang ganteng itu. kemudian dia menatap belahan pantat Mas Randy yang menganga. Dalam pandangannya belahan pantat Mas Randy jadi begitu indah.
Sekejap kemudian wajahnya sudah bersarang di belahan pantat itu. menjilat-jilat dan menyeruput lobang pantat itu dengan buas.
“Hsssshhhhhh… Mas Randyyhhhh… Thomas suka banget dengan lobang pantat Mas inihhh sshhhhh…..sruppp..,” katanya sambil terus bekerja keras mengerjai lobang pantat Mas Randy. Andre yang mengintip, kembali bangkit birahinya melihat aski sepupunya itu. Tangannya kembali mengocok kontolnya.
Mas Randy terus merokok sambil merem melek keenakan dikerjai Thomas. Kontolnya berdiri tegak ke atas. Ia terpaksa mengangkat jasnya ke atas agar tak kena dengan kontolnya sendiri. Ia kuatir precumnya akan menodai jas pengantinnya itu.
Setelah beberapa menit Thomas merasa cukup mengerjai lobang pantat Mas Randy. Ia kemudian berdiri di hadapam kakak sepupunya yang terus merokok.
“Bagi rokoknya dong Mas,” kata Thomas.
“Ehhh.. anak kecil mau merokok. Gak boleh. Yang boleh Thomas isep cuman rokok Mas Randy ini aja,” katanya sambil mengacung-ngacungkan kontol besarnya yang tegak. Thomas tertawa lucu mendengar kata-kata Mas Randy. Mulutnya mencium lagi bibir Mas Randy. Sekaligus menghirup asap rokok dari mulutnya.
Kemudian ia menekuk kakinya sedikit. Kontolnya diarahkannya ke lobang pantat Mas Randy. Kontol itu kemudian amblas ke dalam lobang pantat Mas Randy membuat pria yang akan segera menikah ini mengerang tertahan.
Thomas mulai menggenjot pantatnya maju mundur. Kontolnya keluar masuk lobang pantat Mas Randy. Sementara di luar kocokan kontol Andre mulai bertambah cepat. Ia mendesah-desah keenakan.
Pantat Thomas pun bergerak semakin cepat. Ia melenguh-lenguh keenakan. Mas Randy mengerang-erang sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. Akhirnya entotan Thomas mencapai akhir juga. pantatnya bergerak sangat cepat dan menghentak-hentak beberapa kali untuk kemudian terhenti mendadadak. Pantatnya itu menekan kuat ke selangkangan Mas Randy. Spermanyapun menyembur deras membasahi seluruh lorong lobang pantat Mas Randy.
“Mas Randy mau dikeluarin sekali lagi?” tanya Thomas lirih. Wajahnya merah bersimbah keringat.
“Iya.. iya…ahh..,” kata Mas Randy. Meski merasa tubuhnya lemas, Thomas segera mengocok kontol kakak sepupunya itu dengan tangan kanannya. Kontolnya masih tetap bersarang dalam lobang pantat Mas Randy. Nafas Mas Randy tersengal-sengal. Asap rokok menghembus cepat dari mulut dan hidungnya.
Andrepun mengocok kontolnya semakin cepat. Orgasmenya akan datang sekali lagi.
“Ohhhhh…ohhhhh….ohhhh….oohhhhh…..yahhh….Thomasssshhhhhhhhh…ahhhhhhh..,” erang Mas Randy panjang. Suaranya ditahannya sekuat tenaga. Tubuhnya kelojotan. Thomas segera menundukkan kepalanya. Tubuhnya membungkuk. Andre tak percaya Thomas bisa membungkuk seperti itu. padahal kontolnya masih tertanam di lobang pantat Mnas Randy. Menunduknya Thomas ini untuk memasukkan kepala kontol Mas Randy dalam mulutnya. Ia tahu kakak sepupunya itu akan segera orgasme. Kalu ia tak menutup kepala kontol itu dengan mulutnya, maka sperma Mas Randy akan menyembur ke atas dan membasahi jas hitam mereka.
Sperma Mas Randy menyemprot deras di dalam mulut Thomas. Sepupunya yang masih ABG itu berusaha sebisanya menelan seluruh sperma itu. Namun karena sperma yang muncrat terlalu banyak, Thomas tak bisa menelan seluruhnya. Sebagian meleleh keluar dari mulut Thomas, mengalir turun dari batang kontol Mas Randy ke bawah, membasahi jembutnya yang hitam dan lebat.
Di luar Andrepun orgasme kembali. Spermanya kembali membasahi dinding yang ada didepannya. Menambahi jumlah sperma miliknya yang tadi juga sudah menempel disitu.
Setelah memastikan orgasme Mas Randy usai, Thomas melepaskan mulutnya dari kakak sepupunya itu. keduanya kemudian saling memandang dan tersenyum. Untuk kemudian tertawa dengan wajah masih memerah dan bersimbah keringat.
“Sssshhhhh…enak banget Thomasshhh..,” kata Mas Randy sambil menghembuskan asap rokok terakhirnya. Puntung rokoknya dibuangnya ke asbak rokok yang tadi diletakkannya di bawah kursi. “Kamu makin pinter aja Thomasshh,” katanya mencubit pipi asik sepupunya itu.

seks volly ball

Adriansyah namanya, tepatnya Teuku Adriansyah. Mahasiswa teknik mesin semester V, asal Aceh. Adriansyah ini adalah ketua club volly. Anaknya bener-bener jago maen volly. Bila dia turun main membela kampus maka penonton akan bersorak-soari mendukungnya. Apalagi cewek-cewek. Selain menikmati permainannya yang oke, cewek-cewek ini juga sekaligus menikmati keindahan fisiknya. Wajahnya ganteng ditopang tubuh bertinggi berat 178 cm dan 65 kg. Siapa yang gak ngiler liatnya. “Hari ini kita mengadakan serangkaian tes. Bisa jadi kalian diterima seluruhnya. Namun bukan tidak mungkin satupun dari kalian tidak ada yang diterima. Kami hanya merekrut mereka-mereka yang benar-benar berkualitas, patuh pada aturan club, dan loyal melaksanakan perintah senior, demikian Adriansyah mengawali arahannya. Sepuluh calon anggota baru manggut-manggut. Adriansyah menyambung lagi kata-katanya,”Tes pertama adalah wawancara sekaligus tes kemampuan fisik. Disini para interviewer akan meneliti secara komprehensif kesungguhan dan motivasi kalian bergabung di club. Selain itu juga untuk mengorek informasi pengalaman yang kalian miliki di bidang olah raga khususnya volly. Karena itu seperti yang diumumkan dalam selebaran pengumuman, apabila kalian memiliki piagam, sertifikat penghargaan berkaitan dengan kegiatan olah raga silakan diperlihatkan pada interviewer nanti. Selain itu pewawancara juga akan mengetes fisik kalian. Silakan tunjukkan kemampuan fisik kalian yang prima. Tes wawancara dan fisik ini akan berakhir siang nanti menjelang makan siang. Setelah makan siang dan istirahat tes akan dilanjutkan dengan kemampuan bermain volly hingga selesai. Barangkali itu aja, ada yang pengen bertanya?” tanya Adriansyah. Semua diam. “Baiklah kalo gitu. Karena enggak ada yang ngajuin pertanyaan, maka kita mulai saja tes wawancara dan fisik. Masing-masing kalian akan dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara yang tempatnya ditentukan oleh senior itu sendiri. Dimanapun tempatnya kalian tidak boleh protes. Meskipun di toilet sekalipun. Semua pertanyaan harus dijawab, semua perintah senior harus dilaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Ini perlu saya tekankan sekali lagi. Hasil tes wawancara dan fisik sangat menentukan lulus tidaknya kalian nanti,” Adriansyah mengakhiri arahannya. Ini sih namanya plonco dibungkus rekrutmen, batin Indra. Tapi dia cuek aja. Itung-itung latihan mental dan fisik, katanya dalam hati. Satu persatu calon peserta dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara. Beneran, ada juga yang dibawa ke toilet wanita, hehehe. Akhirnya tiba giliran Indra. Yang membawanya adalah Adriansyah dan seorang senior berkulit hitam. Daniel Marantika namanya. Meski hitam orangnya ganteng banget. Hidungnya mancung, rahangnya kukuh dan tubuhnya kekar sekali. Daniel ini adalah kapten tim volly kampus saat ini. Indra merasa bangga karena yang mewawancarainya adalah sua orang yang sama-sama punya nama di club. Indra mengikuti langkah Adriansyah dan Daniel yang membawanya meninggalkan lapangan. Mereka membawanya ke salah satu ruang ganti yang banyak terdapat dipinggir lapangan. Ruang ganti itu tidak terlalu besar ukurannya. Hanya sekitar lebih kurang 3 x 3 meter persegi. Biasanya digunakan untuk tempat ganti pakaian empat sampai lima orang. Adriansyah dan Daniel mempersilakan Indra memasuki ruangan. Didalam sudah disediakan tiga kursi lipat disusun berhadapan. Indra dipersilakan duduk menghadap kedua senior itu. Sebelum memulai wawancara Indra melihat Daniel mengunci pintu ruang ganti dan mengantongi kunci itu di saku celana pendeknya. “Nama?” tanya Adriansyah mengawali wawancara. “Indra,” jawab Indra singkat. “Nama lengkap dong,” sela Daniel. “Muhammad Indra Ramadhan,” jawab Indra lagi. “Hmmm… nama yang bagus,” Adriansyah manggut-manggut, “Turunan Arab ya?” sambungnya. “Iya,” jawab Indra sambil mikir kok mesti nanya-nanya SARA sih. “Asal?” “Palembang,” “Disini tinggal sama siapa?” “Kos,” “Dimana?” “Dago,” Bergantian Adriansyah dan Daniel mengajukan pertanyaan. “Mmm udah punya cewek?” ini Daniel yang nanya. Lho, kok nanya yang beginian sih? Batin Indra. Aneh. Gak nyambung sama urusan volly. Tapi karena ingat arahan Adriansyah di lapangan tadi segala pertanyaan harus dijawab tanpa protes, maka dijawab juga pertanyaan itu oleh Indra. “Udah a’,” “Cool, dimana ceweknya sekarang?” “Di Palembang a’ dia gak lulus SPMB kemaren,” “Pacaran jarak jauh nih ceritanya. Punya labaan dong disini,” kata Adriansyah tersenyum nakal. Waduh, kok makin ngawur pertanyaannya. “Kok pertanyaannya gak soal volly a’,” tanya Indra. “Tadi kamu dengar arahan kan. Semua pertanyaan harus dijawab. Kita berdua bebas nanyain apa aja dan kamu gak boleh protes. Kalo gitu wawancaranya dihentikan aja, kamu boleh pulang,” ancam Daniel. Indra jadi serba salah. “Bukan gitu a’. Sorry kalo gitu. Apa tadi pertanyaannya? O iya labaan ya.. mmm…. ada sih. Namanya juga laki-laki a’, hehehe,” Indra nyengir grogi. Adriansyah dan daniel menatap tajam padanya. Indra makin grogi jadinya. “Pernah ngesex dong. Sering mungkin,” tanya Daniel dingin. “Ernggg… pernah a’. Aa’ berdua juga pernah kan, hehe,” Indra coba mencairkan suasana. Tapi percuma. “Yang ditanya kamu, bukan kami. Jadi gak usah bertanya soal kami,” Adriansyah berkata sama dinginnya seperti Daniel. “Pernah apa enggak?” “Pernah a’,” Indra makin grogi. “Sama dua-duanya?” tanya Daniel. “Iya,” “Berapa kali seminggu?” “Bisa empat sampai lima kali a’,” “Nafsu gede kamu ya,” “Gak juga a’,” “Kebanyakan ngesex gak loyo badan kamu? Bisa ganggu aktifitas olah raga dong,” tanya Adriansyah. Nah ini pertanyaan udah mulai ke masalahnya, fikir Indra. Semangat Indra menjawab. “Enggak lah a’. Malah semakin semangat. Yang penting stamina tetap dijaga. Saya selalu makan makanan yang bergizi dan minum susu,” “Hmmm… gitu ya,” “Iya a’,” “Gak takut pacar dan labaan kamu hamil?” tanya Daniel. Pertanyaannya kok balik-balik ke soal sex lagi sih? Fikir Indra. Tapi dia tak mau protes lagi. “Enggak a’. Kan ngesexnya tembak luar,” “Tembak luar?” “Ejakulasinya dilakukan diluar a’,” “Kurang jelas,” kata Daniel. Gimana sih? Udah segede ini masak mereka berdua gak ngerti, batin Indra. Percuma ganteng-ganteng dan body gede kayak gini kalo gak pernah ngesex. Masak gak ngerti tembak luar. Ada-ada aja. Kata Indra dalam hati. “Maksudnya gini a’, kalau sperma udah mau nyembur maka penis dicabut dari vagina. Terus spermanya disemburin di luar,” “Mmmm… disemburin dimana spermanya?” tanya Adriansyah cuek. Astaga! “Ya terserah a’. Bisa di perut. Di dada, di muka, terserah,” “Mmm gitu ya,” “Iya a’. Aa’ berdua belon pernah ya?” “Kok nanyain kita berdua?” “O iya a’. Lupa,” “Waktu dikeluarin di luar, penisnya dikocok-kocok sendiri dong,” “Ya iya dong a’,” “Sama dengan coli dong kalo gitu,” “Gak dong a’. Kalo ini kan sempat dimasukin vagina. Kalo coli kan enggak. Pake tangan doang,” “Kurangs eru ya Niel,” kata Adriansyah pada Daniel. “Iya. Tembak dalam baru asik,” “Aa’ berdua suka tembak dalam ya. Gak kuatir entar hamil?” “Ngapain takut hamil, kita tau caranya supaya gak hamil kok,” “Pake kondom ya a’,” “Buang-buang duit pake kondom,” “Hitung kalender ya,” “Kayak akuntan aja pake hitung-hitungan,” “Aa’ berdua ikutan vasektomi ya, maaf lo a’,” “Enak aja. Sialan lo,” Indra nyengir. “Abis gimana dong?” “Mau tau caranya?” “Boleh a’,” “Sabar ya. Entar pasti dikasih tau. Sekarang lanjutin wawancara aja dulu,” “Yaa…,” Indra mulai penasaran. Anak satu ini emang gila sex. Jadi kalo udah dipancing bicara soal itu maka dia akan semangat banget. “Penasaran ya,” “Iya..,” “Hehehe. Sabar ya Indra. Eh, ngomong-ngomong kamu punya penyakit dalam gak?” “Penyakit dalam? Gak ada a’. Saya sehat luar dalam,” “Korengan gak lo,” “Aa’ ada-ada aja,” “Bawa surat keterangan dokter?” “Gak ada a’. Kan gak ada disuruh bawa. Saya cuman bawa piagam dan sertifikat prestasi olah raga doang,” “Kamu harusnya kreatif dong. Meski gak disuruh, harusnya bawa. Soalnya kan itu bukti otentik mengenai keterangan kamu sehat atau enggak. Siapa tau diperlukan. Ternyata sekarang diperlukan kan?” kata Adriansyah. “Trus gimana dong a’?” “Kamu harus buktiin dong kalo kamu emang bener sehat luar dalam,” “Aa’ bisa liat kan tubuh saya gak ada koreng atau sejenisnya. Aa’ liat deh,” Indra mengangkat kaosnya ke atas menunjukkan perut dan dadanya yang putih bersih. Juga mengangkat celananya menunjukkan pahanya yang berotot itu benar-benar putih bersih. Gak ada bekas koreng. Adrianysah dan Daniel serius memandangi. “Itu kan luarnya doang, dalemnya gimana. Kita harus mastiin kamu itu emang sehat luar dalem. Kalo enggak kita gak bisa ngelulusin,” Daniel ngomong berwibawa. Indra mengkeret. Ia gak mau gak lulus seleksi hanya karena hal sepele doang. “Kalo gitu nanti saya urus surat keterangannya a’,” “Kita perlunya sekaranga,” “Saya benar-benar gak ngerti harus gimana a’. Sekarang terserah aa’ berdua aja gimana caranya,” “Kalo kita periksa mau? Gini-gini kita pernah jadi anggota PMR, jadi ngerti kesehatan tubuh manusia,” terang Adriansyah. “Terserah aa’ aja,” Indra pasrah. “Oke kalo gitu. Bawa steteskop Niel?” “Bawa dong. Ada di tas,” Daniel beringsut mengambil steteskop ditas ransel yang dibawanya. Indra bingung anak teknik kok bawa-bawa steteskop, kayak dokter aja, fikirnya. “Kenapa? Bingung ngelihat Daniel bawa ginian. Ini namanya mengantisipasi orang-orang kayak kamu,” terang Adriansyah menjawab tanda tanya Indra. Jawaban ini membuat Indra nyengir malu, Adriansyah ternyata bisa menebak fikirannya. “Sekarang buka baju biar diperiksa kesehatan kamu,” kata Adriansyah. “Berdiri disitu,” Indra berdiri lalu melepaskan kaosnya. Kemudian tegak menunggu. “Celananya juga,” kata Daniel. “Celana?” Indra meyakinkan. Ia memandang Daniel dan Adriansyah bergantian. “Iya celananya juga. Celana dalam juga. Sepatu ama kaos kaki enggak usah,” sahut Adriansyah. “Telanjang maksudnya?” “Yup,” “Buat apa?” “Siapa tau elo ambeyen,” “Enggaklah a’. Saya gak ambeyen,” “Makanya buka semua. Kalo emang gak ambeyen ngapain takut,” “Bukan takut.. tapi…,” “Malu? Ada-ada aja. Sama-sama cowok juga kok mesti malu. Atau kami perlu telanjang juga sekalian supaya kamu enggak malu?” “Enggak usah a’,” Indra segera melepaskan seluruh pakaiannya. Kini tubuhnya yang kekar telanjang bulat dihadapan Adriansyah dan Daniel. “Suka fitness ya Ndra?” tanya Daniel. “Rutin a’. Seminggu dua kali,” “Pantes. Renang juga ya?” “Iya,” “Otot lengan, dada, dan perut kamu terbentuk bagus jadinya,” kata Adriansyah. Dengan santai ia meremas otot-otot Indra, membuat cowok ini merasa risih. Adriansyah menempelkan steteskop di dada bidang Indra. Ia mendengarkan dengan serius degup jantung pemuda itu. Berdiri telanjang dihadapan dua cowok seperti itu membuat Indra deg-degan. Jantungnya berdegup kencang. “Kok degupannya keras banget Ndra. Jangan gugup dong,” kata Adriansyah. Indra nyengir. Stetoskop berpindah-pindah tempat. Dari dada kiri ke kanan. Ke perut dan sebagainya. Indra bingung kok meriksanya begitu sih? Fikirnya. Adriansyah mengehentikan pemeriksaan steteskopnya. “Ada yang perlu diperiksa lagi Niel?” tanyanya. Daniel mengangguk, ia berdiri di belakang Indra. Jemarinya mengelus punggung pemuda itu. Kemudian turun kebawah ke pinggang dan buah pantat Indra. “Kamu bungkuk deh. Nungging,” kata Daniel. “Untuk apa a’?” “Saya mau mastiin kamu ambeyen atau enggak?” jawab Daniel. Indra akhirnya nurut. Ia membungkukkan badan dan melebarkan pahanya. Daniel jongkok di belakang Indra. Membuka buah pantat Indra dengan santai. Indra menunggu apa yang dilakukan Daniel. Ia jadi inget ketika ikutan tes masuk SMU Taruna Nusantara. Dulu diapun diginiin untuk tes pemeriksaan ambeyen. Jemari Daniel tiba-tiba menyusup ke celah pantatnya. Indra memejamkan matanya. Rasanya perih. “Seret Ndri, tolong ambilin baby oil itu deh,” kata Daniel. Akhirnya Indra tahu apa guna baby oil yang sejak tadi diletakkan dekat tempat duduk Adriansyah dan Daniel. Adriansyah segera melemparkan botol baby oil itu pada Daniel. Cowok Ambon itu segera melumuri jari tengahnya dengan cairan baby oil itu. Kemudian jari itu dimasukkannya lagi ke celah lobang pantat Indra. Jari itu menusuk ke dalam. Indra membiarkan saja. Namun apa yang dilakukan Daniel kemudian membuat Indra terhenyak. Jari tengah Daniel bergerak-gerak, mengaduk-aduk lobang pantatnya. Indra merinding. Rasanya geli-geli enak. Jari tengah Daniel bergerak maju mundur di celah lobang pantat Indra. Menimbulkan gesekan yang membuat Indra keenakan. Ia memejamkan matanya. Bibir bawahnya digigitnya. “Kenapa Ndra? Enak ya?” tiba-tiba Adriansyah sudah berbisik di telinganya. Bibir cowok ganteng itu dirasakannya menyentuh daun telinganya. “He eh,” Indra menyahut lirih. Wajahnya merah. Ia ketangkap basah menikmati sodokan jari Daniel itu. “Pemeriksaannya udah selesai, kamu bebas ambeyen Ndra. Jarinya mau dikeluarin atau tetap didalam aja?” tanya Daniel dari belakang. “Biarin didalem aja a’,” kata Indra pelan. “Ya udah kalo gitu,” Daniel melanjutkan sodokan jarinya. Keluar masuk lobang pantat Indra. Sensasi yang ditimbulkan membuat Indra terangsang. Tanpa disadarinya kontolnya membesar. “Kontol kamu kok ngaceng sih Ndra?” tanya Adriansyah. Tiba-tiba tangannya sudah menggenggam kontol Indra yang gemuk dan panjang. Tangan itu licin. Rupanya Adriansyah melumuri tangannya dengan baby oil. Perlahan tangan Adriansyah meremas-remas lembut batang kontol Indra. “Ahhhhh…,” tanpa sadar Indra mengerang. Tangan Adriansyah semakin nakal. Kini mulai bergerak seperti mengocok dengan lembut. “Enak Ndra?” tanya Adriansyah lagi. “He eh,” “Mau yang lebih enak Ndra?” tanya Daniel. “Mau a’. Mau,” seminggu tak ngentot dengan Dini membuat Indra tak bisa menguasai nafsunya. Ia membiarkan saja dua laki-laki tampan dan jantan itu mengerjai daerah sekitar selangkangannya. Mulut Daniel dirasakan Indra menyentuh kulit buah pantatnya. Sesaat kemudian dari mulut itu keluar lidah Daniel. Lidah itu mulai melakukan jilatan-jilatan di sekitar pantat Indra. “Ahhhhh…,” Indra kembali mengerang. Matanya dipejamkannnya kuat-kuat. Tanpa disadarinya Adriansyah rupanya sudah jongkok dihadapannya. Tiba-tiba Indra merasakan kepala kontolnya dikulum. Seperti kuluman Reny atau Dini. Indra menggeliat. Rasanya kepalanya ringan. Tubuhnya seperti melayang. Ia sangat keenakan merasakan kuluman dan jilatan di daerah vitalnya. Lidah Daniel menyapu celah pantat, hingga buah pelernya yang menggantung. Sementara mulut Adriansyah mengulum kepala kontolnya sambil menyapukan lidahnya di dalam mulut. Indra mengerang. Sekian lama Indra terbius oleh permainan mulut kedua laki-laki gagah itu. Ia terhanyut. Ia lupa bahwa yang melakukan itu adalah laki-laki sama sepertinya. Namun pada satu waktu tertentu ia tersadar. Akal sehat menguasainya kembali. “Astaga! Ini gila!” seru Indra tiba-tiba. Ia melepaskan dirinya dari kedua laki-laki itu. Ia menjauh dari keduanya. “Kalian….. mengapa kalian melakukannya padaku… Tak kusangka kalian gay,” katanya dengan ekspresi yang campur baur. Penuh birahi dan bingung dengan apa yang terjadi. Adriansyah dan Daniel berdiri tegak menatap Indra. “Apa maksud kamu Ndra?” tanya Adriansyah. “Kalian homo. Kalian dua laki-laki homo. Aku tak mau diperlakukan seperti itu,” “Kamu ada-ada saja. Bukankah tadi kami melakukannya atas permintaanmu,” “Aku tadi khilaf. Tak sadar,” “Jangan berdalih. Kamu tidak dalam keadaan mabuk Ndra. Kamu menikmatinya, akui sajalah,” kata Daniel tegas. “Aku… aku.. tak mengertii.. aku tidak mau jadi homo seperti kalian,” Indra bingung. Adriansyah dan Daniel mendekat. Memegang tubuh Indra erat. “Tak usah bingung Ndra. Mari kami jelaskan. Duduklah dulu,” ajak Adriansyah. Indra mengikuti meskipun bingung. “Kamu salah persepsi tentang kami berdua,” kata Daniel. “Salah persepsi bagaimana? Kalian jelas-jelas gay. masak kalian mau ngemut kontol dan jilat pantatku?” “Kamu kurang memahami sex Ndra. Makanya banyak-banyak baca buku tentang sex. Bukan berarti karena kami ngemut kontol kamu terus kami jadi homo,” kata Adriansyah. “Jadi apa namanya?” “Entahlah. Yang pasti kami hanya bermaksud mengajarkan kamu melakukan sex dan dapat berejakulasi di dalam tanpa perlu takut hamil” “Maksud kalian anal sex?” “Begitulah kira-kira,” “Dengan sejenis?” “Ya,” “Itu gay sex namanya,” “Terserah kamu menyebutnya apa. Yang pasti meskipun kita melakukannya namun tidak mengurangi rasa suka kita pada cewek Ndra,” kata Daniel. “Maksud kalian?” “Kami sudah sering melakukannya berdua. Tak ada komitmen. Tak ada cinta. Hanya memuaskan birahi saja. Dan yang terpenting tidak mengganggu hubungan cinta dengan cewek kami masing-masing,” “Kalian… sering melakukannya?” “Ya… Mengapa? Ada yang aneh?” “Kalian gila,” “Terserah apa katamu,” Adriansyah tak berkata-kata lagi. Ia memandang ke arah Indra dengan tatapan tajam. Indra grogi akan pandangan itu. Ia membuang muka. Perlahan-lahan Adriansyah melepaskan pakaiannya diikuti oleh Daniel. Kedua cowok itu kini telanjang bulat dihadapan Indra, hanya sepatu dan kaos kaki saja yang tidak mereka lepas. Keduanya kemudian merapat. Lalu berpelukan erat dilanjutkan dengan saling melumat bibir. Penuh nafsu dan buas. Jemari mereka saling meraba ke semua lekuk-lekuk tubuh mereka yang berotot kencang. Indra merinding melihatnya. Kembali ia membuang muka. “Gila. Aku mau keluar dari sini,” kata Indra. Ia melangkah ke arah pintu. Diputarnya gerendel pintu namun terkunci. Ia teringat bahwa kunci itu disimpan di kantong celana Daniel. Indra mengarahkan pandangannya ke arah Adriansyah dan Daniel kembali. Mencari-cari celana Daniel yang tadi terserak setelah dilepaskan oleh cowok Ambon itu. Mau tak mau ia kembali menatap Adriansyah dan Daniel yang masih terus beraksi. Malah semakin vulgar. Mulut Adriansyah sibuk melumat puting susu Daniel yang kecoklatan, membuat cowok Ambon itu menggelinjang-gelinjang. Adriansyah semakin liar, ia melanjutkan lumatan bibirnya ke ketiak Daniel yang penuh bulu. Tanpa risih dan jijik mulut Adriansyah menyelomoti ketiak teman satu clubnya itu. Indra terhenyak. Tak pernah dibayangkannya hal seperti ini. Menonton pergumulan cabul dua laki-laki jantan. Melihat pemandangan baru ini membuatnya lupa mencari kunci pintu. Pandangannya tak lepas melihat apa yang dikerjakan oleh dua mahasiswa teknik seniornya itu. Adriansyah kemudian menungging seperti anjing, tangan dan kakinya digunakan sebagai tumpuan. Daniel berjalan ke belakang Adriansyah. Juga menungging, wajahnya tepat di buah pantat Adriansyah yang putih dan montok. Lidah Daniel kemudian sibuk menjilat-jilat pantat dan kontol Adriansyah. Kontol Adriansyah yang gemuk dan panjang ditarik Daniel ke belakang untuk memudahkannya mengulum dengan penuh kenikmatan. Seperti anak kecil mengulum permen. Keduanya benar-benar penuh gairah birahi. Mereka tak memperdulikan lagi keberadaan Indra. Warna kulit mereka yang hitam dan putih terlihat sangat kontras. Puas dengan kulum mengulum kontol dalam posisi nungging keduanya melanjutkan ke posisi selanjutnya. Adriansyah dan Daniel berbaring di lantai. Kontol Adriansyah masih di mulut Daniel. Adriansyah kemudian memutar tubuhnya. Mulutnya mencari-cari kontol Daniel. Setelah ketemu kontol yang gemuk dan panjang berwarna gelap itu langsung dikulumnya. Indra bingung. Melihat percumbuan cabul dua mahasiswa itu membuatnya terangsang. Kontolnya mengeras. Akal sehatnya hilang sudah. Tangannya mengambil botol baby oil, lalu melumuri isinya ke telapak tangannya. Duduk mengangkang di lantai dikocoknya kontolnya sendiri sambil mempelototi percumbuan Adriansyah dan Daniel. Adriansyah mendekati Indra. Ia tersenyum mesum melihat Indra yang terangsang dengan percumbuan mereka. Mulutnya langsung mencaplok kontol Indra. Daniel mengikuti. Dua laki-laki itu lalu asik mengulum kontol Indra dengan buas. Mereka saling berebutan seperti anjing berebut tulang. Sesekali celah pantat Indra yang ditumbuhi bulu halus pun mereka jilat. Indra seperti kerasukan setan. Ia mengerang-erang. Pahanya dikangkangkannya semakin lebar. Memberi kesempatan seluas-luasnya bagi Adriansyah dan Daniel mengerjai perkakas cintanya. Tangannya mencari-cari kontol dua seniornya itu. Setelah dapat tangannya langsung menggenggam kontol Adriansyah dan Daniel. Kemudian mengocoknya dengan penuh semangat birahi yang liar. Capek berebut kontol Indra dengan rekannya, Daniel bangkit. Tinggallah Adriansyah sendiri mengulumi kontol Indra. Daniel mendekatkan selangkangannya ke wajah Indra. Cowok ini langsung paham keinginan Daniel. Tanpa fikir dua kali kontol Daniel yang hitam, gemuk dan panjang itu langsung ditelannya. Mulutnya menyelomot dengan buas. Sambil menyelomot tangannya terus mengocok-ngocok kontol cowok Ambon itu dan kontol Adriansyah. Pantat Daniel bergerak maju mundur. Kepalanya menengadah. Mulutnya mengeluarkan erangan-erangan. Ia begitu keenakan. Sedotan mulut Indra di kontolnya dirasakannya seperti remasan memek. Layaknya seperti ngentot saja dirasakannya saat itu. Meski belum pernah melakukan pergumulan sex dengan sejenis tapi Indra cepat dapat beradaptasi. Ia langsung tahu apa yang harus dilakukannya. Mungkin karena cowok ini sudah berpengalaman bercinta sebelumnya. Pada dasarnya ia hanya melakukan apa yang biasanya diperbuatnya saat bercinta. Memfungsikan seluruh organ tubuh untuk membangkitkan birahi pasangan bercintanya. Mungkin inilah yang dinamakan insting sexual. Di selangkangan Indra Adriansyah terus mengulum dengan giat. Tak lupa jarinya mengaduk-aduk lobang pantat Indra. Tentu saja hal ini membuat Indra semakin menggila. Tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pantatnya meresapi nikmatnya sodokan jari Adriansyah yang keluar masuk lobang pantatnya. Padahal sudah tiga jari Adriansyah yang keluar masuk lobang pantatnya itu. Namun Indra tak merasakan sakit. Hanya sensasi nikmat yang dirasakannya. “Ohhh… oohhhh….. a’.. a’… enak bangethhh…,” kata Indra meracau. “Kamu suka Ndra? Suka?” tanya Adriansyah. “Sukah a’… suka bangethh.. sshhh…,” “Mau aa’ kasih yang lebih enak Ndra?” “Apa itu a’? ahhhh… sshhhh…,” “Aa’ masukin ya pantat Indra?” “Masukin apahh a’? aghhhh..,” “Kontol aa’,” “Jangan a’ sakithhh…,” “Gak sakit Ndrah, coabin deh..,” “Jangan a’,” Tapi Adriansyah gak perdulia. Ia langsung bersimpuh diantara selangkangan Indra. Paha Indra diletakkannya diatas pahanya. Tangannya mencengkeram paha Indra kuat-kuat, menahan cowok itu agar tak bergerak. Indra ketakutan melihat kontol Adriansyah yang segede terong menyapu-nyapu bibir celah pantatnya. Wajahnya dipalingkannya kebawah, mencoba melihat apa yang akan dilakukan Adrianysah. Namun Daniel yang sedang keenakan gak rela kuluman Indra pada kontolnya terhenti. Ditariknya wajah Indra agar tetap mengulum kontolnya. Jadilah Indra mengulum kontol Daniel sambil melirik dengan mata mendelik melihat apa yang akan dikerjakan Adriansyah. Kepala kontol Adriansyah menekan ke celah pantat Indra yang basah oleh keringat dan lumuran baby oil dari jari Adriansyah. Dinding bibir celah pantat Indra melesak masuk ke dalam saat kepala kontol Adriansyah mendorong masuk. “A’ ahhh…….. ahhhh…,” Indra mengerang. Tak terlalu perih memang dirasakannya karena lobang pantatnya sudah licin dan tadi juga sudah disodok jari oleh Adriansyah. Namun anal sex adalah hal baru buatnya. Desakan kepala kontol Adriansyah ke lobang pantatnya cukup membuatnya kurang nyaman. Lobang pantatnya terasa penuh. “Pelan-pelan a’,” katanya lirih. Adriansyah mencium hidung mancung Indra. “Tahan dikit ya Ndra. Entar juga enak kok,” katanya tersenyum. Kontolnya terus menekan masuk. Makin lama makin dalam. Sambil terus menggoyang pantat Daniel memperhatikan apa yang dikerjakan Adriansyah. Tangannya mengelus-elus rambut Indra yang hitam dan ikal. “A’ ohhh………… gede banget a’… ahhh………,” Indra mengerang. Adriansyah tersenyum bangga. Kontolnya emang gede. Pernah liat terong ungu? Nah segitulah ukuran kontol Adriansyah. Coba aja tes terong ungu masukin pantat, gimana rasanya. Kontol Adriansyah masuk sudah semuanya. Memenuhi rongga lobang pantat Indra. Jembut Adriansyah yang lebat dan kasar menggesek-gesek pantat Indra. “Gimana Ndra?” tanya Adriansyah tersenyum mesum. “Gila a’, kok bisa masuk ya?” sahut Indra tak percaya. Dilepaskannya kontol Daniel dari mulutnya. Kepalanya menoleh ke bawah memandang tak percaya pada lobang pantatnya yang sempit namun bisa menelan kontol Adriansyah yang gede seluruhnya. “Itulah kuasa Yang Maha Kuasa,” jawab Adriansyah sok bijak sambil nyengir. Ngawur, sedang begini kok ingat Tuhan. Indra hanya menggeleng-geleng tak percaya. “Gimana rasanya Ndra?” “Penuh a’,” jawab Indra. “Aa’ goyang ya,” kata Adriansyah. “Cobain a’,” jawab Indra. Adriansyah menarik kontolnya keluar. Tak seluruhnya. Indra mengerang. Gesekan kontol itu terasa aneh banginya. Sedikit perih namun kok enak. Adriansyah mendorong masuk lagi. Lalu tarik lagi, masuk lagi. “Ahhhhhh…. a’, gila enak a’,” kata Indra. “Enak kan, nikmatin yah,” Adriansyah bergerak terus. “A’ aohhh… a’ kali cewek ngerasain enak begini ya waktu memeknya dientot kontol,” kata Indra. “Mungkin Ndra.. ahh.. ahhh…,” “Pantes mereka doyan a’, ahhh… ahhh… ahhh….,” “Ndra kontol gue emut lagi dong,” kata Daniel. Rupanya dia keqi juga dicuekin. Indra segera menyeruput kontol Daniel lagi. Kulumannya makin semangat. Soalnya dia keenakan sih dientot Adriansyah. Jadis emangatnya makin menggelora. “Ouhh… slurrppp…slurrpp… ohhmmm….mmhh,…. aohhh… slururppp..,” mulut Indra rame dengan lenguhan, erangan dan suara sedotan. Adriansyah terus bergerak. Makin lama makin cepat, menimbulkan suara kecipak dan tepukan yang keras. Mulutnya mencari dada bidang Indra. Kemudian sibuk melumat dengan buas. Ketiga laki-laki itu begitu binal. Tubuh mereka basah bersimbah keringat. Mengkilap membuat otot-otot mereka semakin terlihat tegas lekuknya. Mereka benar-benar sudah hanyut oleh birahi yang liar. Seandainya saja cewek-cewek mereka melihat apa yang mereka kerjakan saat ini pasti akan syok. Tak menyangka kekasih mereka yang jantan ternyata begitu binal bermain cinta dengan sesama jenisnya. Mereka bercinta seperti kesetanan. Buas. Aroma keringat mereka yang jantan (bukan bau apek lho) memenuhi ruang ganti yang sempit itu. Hal ini malah membuat birahi mereka semakin menggila. Pantat Adriansyah bergerak sangat cepat. Indra mengerang antara enak dan sakit. Dalam hati Indra tersenyum, tak menyangka kalau biasanya selama ini ia yang bergerak cepat mengentot kini malah ia yang dientot seperti ini. Dan ternyata ia sangat menikmatinya. Lima belas menit berlalu. “Ndri, gantian dong,” kata Daniel. Rupanya diapun kepengen. “Ahhh… ah… ahhh.. dikithh.. lagihh.. Nielhh.. ahhh… ahhh.. ahh..,” jawab Adriansyah. Gerakannya semakin cepat dan menghentak-hentak kuat. Ini tanda-tanda orgasme akan segera datang. “Dah mau keluar a’,” tanya Indra. “He eh.. ahhh… ahhh… ahhh… ahhh..,” Adriansyah mencium dan mengulum tetek Indra dengan kuat. Lalu pantatnya menghetak keras untuk kemudian menekan kuat. Kontolnya berdenyut-denyut. Tak lama dari lobang kencingnya menyembur cairan kental dan hangat. Menyemmprot deras membasahi rongga pantat Indra. “Erghhhhh…,” Indra mendengus. Semprotan itu menimbulkan sensasi yang aneh baginya. Nikmat. Tubuh Adriansyah roboh menindih Indra. Ototnya menegang. Daniel melepaskan kontolnya dari multu Indra. Tubuh Adriansyah digesernya kesamping