Minggu, 24 Juni 2012

My Boss

"Tom, tolong gantikan
jockeyku," tiba-tiba ia mengagetkan
aku lagi dengan permintaannya.
"Baik, Pak," kataku singkat saja.
Perlahan kutarik tali kecil CD-nya dan
tampaklah kedua pinggulnya yang
bulat dan ditumbuhi bulu dicelah
pahanya sampai kesekitar "asshole"-
nya. Lebat bulu-bulunya menghalangi
pandangan mataku untuk dapat
menikmati asshole-nya. Ah,
seandainya.. pikiran nakalku menari-
nari menggodaku. Segera kupupus
pikiran itu. Tapi aku tak kuasa
menahan laju gerakan otomatis
dibalik CD-ku, yang secara pasti
mulai tumbuh membesar. Akh, aku
harus menahannya. Karena
pinggulnya belum kubasuh, maka
dengan handuk hangat kubasuh
perlahan. Kurasakan ia
menggerakkan tubuhnya memeluk
guling dan menarik sebuah kaki
kanannya ke atas. Akh, tampaklah
asshole-nya yang kemerahan
menantang gairah nafsuku. Dan aku
terkejut manakala kudapati tatoo
kecil didekat asshole-nya bertuliskan
"Please.." yang tertutup oleh lebatnya
bulu-bulu tubuhnya. Membaca tatoo
tersebut membuatku mulai berani
bertindak lebih jauh. Kini usapanku
bukan lagi untuk membersihkan
tubuhnya, melainkan memberikan
rangsangan nakal di daerah yang
selalu menjadi daerah idamanku
selama ini.
Kuambil lotion dan kupijat dengan
teknik pijat gaya pijatan cinta yang
pernah kupelajari dari sebuah buku.
Kurasakan pinggulnya mulai bergerak
perlahan merespon gerakan
tanganku. Pinggulnya mulai terangkat
dan kudengar bibirnya memanggil
namaku pelan. Aku pun paham
isyarat itu. Kini pijatanku mulai
meluas ke bagian atas tubuhnya,
pundaknya, lehernya, bahunya dan
seterusnya. Lidahku dengan lihainya
memberikan rangsangan di belakang
telinganya. Ia mengerang dan
menarik leherku dan menciumku dan
melumat lidahku dengan ganasnya.
Bau alkohol sudah tidak terasa
olehku. Aku pun membalasnya
dengan tak kalah hot-nya. Ia
membalikkan tubuhnya dan
menarikku di atasnya. Kami
berciuman cukup lama sampai kami
hampir kesulitan bernafas. Aku lalu
bangun dan mulai membuka kancing
kemejaku. Ia tampak mengagumi
otot-otot tubuhku yang keras terlatih.
Kini aku berada di pangkuannya dan
kurasakan batang kemaluannya
mengarah ke atas menggesek
kemaluanku yang berontak ingin
bebas. Sekali lagi kami berciuman
dengan hot. Hanya desah nafas kami
yang terdengar di ruang itu diiringi
keringat yang banjir walaupun AC
ruangan itu amat dingin.
"Tom, aku butuh kau. Please, Tom," ia
merengek manja di teligaku.
"Tapi Mr. Ed.." ucapanku dipotongnya
dengan meletakkan sebuah jarinya di
bibirku.
"Jangan panggil aku begitu saat ini.
Panggil saja dengan "Sayang", Tom.
Edward ada di kantor saat ini, yang
ada saat ini adalah aku apa adanya.
Aku yang membutuhkan belaianmu,
kehangatanmu, tubuhmu, cintamu.
Lain tidak," katanya lembut.
"Lepaskan pakaianmu semuanya,
Tom. Aku ingin menikmatinya."
Perlahan aku turun dan kulepas
pakaianku. Kulihat tatap matanya
hendak melahapku. Ia menarikku
dan kuhampiri dirinya hingga kini aku
duduk di atas dadanya dan ujung
batang kemaluanku berada persis di
depan wajahnya. Kupandangi
wajahnya yang tampan dengan
lahapnya melumat batang
kemaluanku. Tak kusangka ia
berusaha menelan seluruhnya,
namun ia tiba-tiba "choking". Tampak
air mata mengalir di pipinya, mungkin
menahan rasa ingin muntahnya.
Kutahan wajahnya agar tidak
melalakukannya lagi.
"Tom, kau ingin menyetubuhi aku?"
tiba-tiba ia bertanya dengan lembut.
Aku menggeleng dan segera aku
beringsut melakukan manuver
lembut dengan memakai lidahku,
bibirku dan belaian tanganku yang
lembut mulai dari bagian atas
tubuhnya.
Amat perlahan sehingga aku
berulang kali mendengar namaku
dipanggilnya karena sensasi nikmat
yang dirasakannya.
"Tom, aku tak tahan. Tom.. Tom.."
Aku tak pedulikan itu. Yang ada
dalam pikiranku adalah kenikmatan
tertinggi buatnya dan buatku malam
itu. Berkali-kali ia mengangkat kedua
kakinya tinggi-tinggi dan membuka
lebar belahan pahanya untuk
memberi kesempatan padaku.
Namun kubiarkan saja, malah
kulakukan ciuman lembut dan gigitan
kecil di betisnya dan kakinya yang
berbulu lebat. Ibu jari kakinya kuisap
pelan dan lembut. Erangannya makin
menggila. Setengah jam kuperlukan
untuk menikmati keindahan
tubuhnya dan sekaligus
merangsangnya. Kubalikan tubuhnya
perlahan dan ia pasrah total. Dan kini
seranganku menjelajahi bagian tubuh
belakangnya. Kadang kugigit dan
kutarik bulu-bulunya dan ia
mengerang manja dan memanggil
namaku.
Lidahku kini mulai membelai asshole-
nya, dan diangkatnya pinggulnya
setinggi mungkin sehingga aku
dengan leluasanya menikmati lubang
idamanku. Kujulurkan lidahku ke arah
asshole-nya dan kugelitik tepi
lubangnya. Kusibakkan bongkahan
pinggulnya nan putih indah dan
kuremas, kugigit lembut.
"Gigit yang keras Tom. Keras, keras
sekali," pintanya.
Kulakukan permintaanya dan tampak
kulit lembutnya kemerahan jadinya.
"Nikmat Tom, terus Tom."
Tampak dia menikmati belaian
lidahku di lubangnya sambil terus
mengerang-erang.
"Tom aku nggak kuat, nggak kuaatt,
Tom."
Kubiarkan ia mengerang nikmat.
"Please.. Tom. Aku menginginkannya,
Tom."
"Aku ambil jelly dulu sayang," kataku
lembut.
"No, no, no! Aku ingin merasakannya
apa adanya. Please, Tom."
"Kau akan sakit nanti, sayang.."
Ia menggeleng sambil menatapku ke
belakang.
"Fuck me, please.." katanya.
"Ini akan lama sekali, bolehkan?"
tanyaku.
Ia menggumam. "Kalau kelamaan
nanti kutinggal tidur lho, Tom,"
katanya menggodaku.
Kini kuangkat sedikit pinggulnya
untuk memudahkanku memasuki
tubuhnya. Ia menurut dengan
pasrahnya. Batangku yang kehitaman
berurat kutempelkan di asshole-nya
dan siap menyerang. Kugeser-
geserkan dulu di sekitar lubangnya.
Ia menggerakan pinggulnya berusaha
mencari glans-ku dengan tak
sabarnya. Kumainkan agar dia
penasaran.
"Please, please, fuck me..Jangan lagi
kau sisksa aku, Tom."
Setelah puas melihatnya menantiku,
mulailah penetrasi batang
kemaluanku.
Ternyata sulit ditembus, dan ia
kesakitan.
"Teruskan Tom, aku pasrah padamu."
Kulakukan penetrasi lagi dan kini
glans-ku yang merah maroon lenyap
dalam tubuhnya. Kulihat ia menggigit
bantal keras-keras dan keringat
keluar bagai banjir di
www.ceritagay.uiwap.com
punggungnya.
"Kau kesakitan sayang. Aku nggak
mau menyakitimu, Say.." kataku
menggodanya.
"No, please. Fuck me, do'nt stopping
fucking me, Tom."
Seiring dengan berakhir ucapannya
kubenamkan dengan keras seluruh
batangku. Ia teriak keras kesakitan.
Tampaknya ia tak menyangka
serangan yang mendadak.
"Go, go, go, Tom."
Dengan keras kukeluar-masukkan
batangku berkali-kali dan kulihat
batangku kini mengkilat indah.
Kuciumi lehernya dengan lembut
sambil kuhentakkan terus-menerus
pinggulku ke arahnya dan ia tidak
mungkin menghindarinya karena
pinggangnya kupegangi erat-erat.
Kini kami berganti posisi ia
menghadapku dan tusukan kerasku
berlanjut. Kusetubuhi lagi tetap
dengan keras dan terus-menerus. Ia
mengerang-erang kadang teriak
sambil menarik-narik rambutnya.
"Tom, oh thanks Tom.. More, more..
please.."
Kurasakan spermanya berhamburan
ke perutku, dadaku dan perutnya.
"Tom, habis sudah spermaku."
Ia menunjukkan dua jari tangannya
sebagai tanda ia mencapai puncak.
"Masih lama Tom?" tanyanya.
"Aku lelah sekali, tapi nikmatnya
nggak dua."
Aku senyum saja sambil terus
mengacungkan batangku di asshole-
nya. Kadang aku perlambat
seranganku sambil kukecup dalam
bibirnya.
"Masih lama, Tom? aku ketiduran lho
nanti," katanya.
"Boleh aku melanjutkan Sayang?"
tanyaku.
Ia mengangguk.
Aku baru tersadar dan tidak tahu
kalau Mr. Edward sudah tertidur,
karena sayup-sayup kudengar
dengkur halusnya saat aku masih
melakukan serangan bertubi-tubi.
Aku tak tahu bila ia tertidur karena
saat itu sebuah kakinya kuangkat
dan ia dalam posisi miring ke kiri.
Aku tidak peduli karena ia sudah
memberiku izin. Dan aku masih dapat
merasakan remasan asshole-nya
pada batangku sebagai pertanda
dalam tidurnya pun ia masih
merespon serangan rudalku. Cukup
lama aku menari di dalam tubuhnya,
sampai aku mulai merasakan lahar
spermaku akan keluar.
"Sayang, terimalah hadiahku ini.
Ohh.."
Lega rasanya saat spemaku keluar
dan rasanya aku tidak di bumi.
Kucabut segera batangku yang masih
mengeras dan segera kuselimuti
tubuhnya dengan selimut tebal
setelah sebelumnya kukeringkan
keringatnya yang bak banjir itu hari
menjelang pagi. Kulihat bibirnya yang
indah tersenyum kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar